Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengapa Kita Lebih Bijak Mengatasi Masalah Orang Lain daripada Milik Sendiri?

6 Agustus 2021   22:53 Diperbarui: 7 Agustus 2021   06:23 1742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Namanya manusia hidup ya pasti diselimuti masalah (Shutterstock via KOMPAS.com) 

Kita bukan pelaku yang mengalami emosi

Poin selanjutnya, tidak ada emosi yang menguasai pikiran kita. Kita hanya sebagai pendengar. Kendati tersalur emosi negatif dari pihak yang curhat, tentu tidak lebih besar daripada pihak itu.

Sebagai bentuk empati, mungkin kita ikutan marah dan jengkel. Tetapi, muatannya bisa dikendalikan. Berbeda dengan wanita itu. Orang yang sudah dikuasai emosi sulit berpikir bijak.

Kita ingin berbuat baik dengan memberi solusi

Semua ajaran agama mengajar kita untuk berbuat baik pada sesama. Memberi solusi dan pencerahan sebijak mungkin termasuk salah satunya.

Semangat itulah yang mendasari kita untuk berpikir serius dan memutuskan sejernih-jernihnya. Selain, ia adalah sahabat dekat atau orang penting dalam hidup kita.

Kita punya lebih banyak waktu

Jika tidak secara langsung, kita punya lebih banyak waktu untuk memikirkan masalah lebih dalam daripada pihak penderita yang mengalami saat itu juga.

Semakin lama berpikir, tentu besar kemungkinan semakin komprehensif pemetaan masalah. Sebab akibat ditemukan. Kurang lebih dampak pelaksanaan solusi dirumuskan. Solusi terbaik dan terbijak adalah yang lebih banyak memberi manfaat.

Tidak bisa dimungkiri, sebagian kita memang lebih pandai menjadi guru bagi orang lain. 

Memberi pemikiran yang bijak dan dapat menenangkan. Tetapi, bisakah sama pandainya jika kita sendiri yang mengalami masalah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun