Kita tidak bisa menutup mata, kesejahteraan atlet tidak selamanya seperti itu. Momen-momen tertentu waktu kemenangan spesial di ajang internasional contohnya.
Taufik Hidayat sendiri, mantan pebulutangkis yang berprestasi mengungkapkan (dikutip dari id.theasianparent.com):
"Dari 100 orang atlet, 5 orang yang sukses dan kaya sudah bagus, lebih sulit dari kerja di kantor. Kalau di kantor di Gedung A jelek bisa pindah ke Gedung B. Dari bulutangkis bisa ke bola? Dari tunggal putra 10 orang, yang juara cuma 1, yang 9 ke mana? Jadi atlet gambling, prosesnya yang sulit,” jelasnya.
Ia pun tidak ingin anaknya menjadi seorang atlet sepertinya.
Taruhlah sekarang...
Greysia Polii dan Apriyani Rahayu sedang dalam keadaan berada oleh sebab pemberian hadiah-hadiah itu. Para atlet lain yang mungkin mendapat hadiah pula atas kemenangannya pun begitu.
Tetapi, sebagaimana jerih lelah mereka meraih kemenangan, demikian pula sebaiknya jerih lelah mereka mengelola hadiah yang diberikan.
Jika pandai mengatur keuangan dan menjadikan sebagian hadiah sebagai bisnis yang terus berulang menghasilkan sehingga mampu menyokong kebutuhan hidup sehari-hari, mereka akan mendapat "medali emas" lagi saat pensiun dan tua nanti. Kehidupan terjamin bahkan sampai anak cucu.
Kita tidak bisa menampik, sulitnya mengendalikan diri untuk bersikap konsumtif atas harta yang dimiliki. Ada pula kejadian atlet yang jatuh miskin. Mereka juga pernah memenangkan kejuaraan.
Terlepas dari itu semua, banyak selamat saya ucapkan kepada Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Kalian telah menjadi teladan dan patut mendapat apresiasi. Terima kasih banyak.
...
Jakarta
4 Agustus 2021
Sang Babu Rakyat