Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Alasan Mengapa Penilaian Kinerja Dua Arah Sebaiknya Diterapkan Perusahaan

4 Agustus 2021   13:00 Diperbarui: 5 Agustus 2021   03:47 1427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penilaian Kinerja Karyawan. Foto: Pexels

Pada kenyataan, jujur, harus diakui, ada atasan yang pintar tetapi kurang bisa menyampaikan secara jelas. Ada yang pandai berkomunikasi tetapi sebatas mengulang kebijakan yang sudah ada tanpa wawasan baru. 

Ada yang sekadar meneruskan pekerjaan -- dari atasan di atasnya -- ke bawahan tanpa memberi bimbingan. Mungkin pula ada yang tidak mengerti dengan pekerjaan.

Ilustrasi nilai-nilai atasan dan bawahan yang perlu dinilai | sumber: entrepreneur.bisnis.com
Ilustrasi nilai-nilai atasan dan bawahan yang perlu dinilai | sumber: entrepreneur.bisnis.com

Sementara itu, bawahan sebagai ujung tombak penyelesaian pekerjaan perlu arahan dan pencerahan sejelas-jelasnya. Butuh kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan agar pekerjaan selesai sesuai target dan permintaan.

Sial, tidak sedikit hanya bawahan menjadi objek penyalahan atas gagalnya pekerjaan. Kemarahan lebih sering ditumpahkan ke bawahan, tanpa memandang atasan sudah benar atau belum dalam bekerja. Bawahan sendiri bungkam karena takut mengoreksi atasan.

Ketidakmampuan senior atau atasan dalam memimpin

Saya memandang, ada bagian yang perlu dinilai dari atasan bersangkutan, selain pekerjaan bawahan yang dikoreksi benar-benar. Sudahkah komunikasi tepat dilakukan perihal pekerjaan sesuai permintaan atasan yang lebih tinggi?

Adakah atasan rutin mengingatkan bawahan untuk bekerja sesuai target? Adakah atasan menyemangati dan memberi apresiasi atas penyelesaian pekerjaan bawahan? Seberapa sering atasan mengoreksi pekerjaan bawahan atau hanya menetapkan dan melaporkan tanpa mengecek kembali?

Bagaimana pola kepemimpinan atasan atas bawahannya? Terlalu diktator, suka memberi solusi, atau menyerahkan sepenuhnya ke bawahan tanpa membantu?

Atasan juga mengambil andil dalam kegagalan penyelesaian pekerjaan. Jangan hanya bawahan yang disalah-salahkan selalu. 

Saya pernah mendapat curhat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun