Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tanya-tanya Sendiri, Jawab-jawab Sendiri, Maksudnya Apa?

1 Agustus 2021   11:42 Diperbarui: 1 Agustus 2021   12:07 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah dibegitukan oleh seorang teman. Waktu itu, saya sedang stres berat. Timbul beragam masalah secara bersamaan yang tidak bisa dikendalikan dan menyerang bertubi-tubi. Saya kewalahan mencari solusi.

Akhirnya, ketegangan pikir terjadi. Saraf-saraf saya sebagian seperti tertarik. Kuping saya berdengung. Saya letakkan dan tempel jari telunjuk pada kulit di dekat daun telinga, ada detakan cepat. 

Dug dug dug dug dug. Terdengar dan terasa jelas sekali.

Detakan yang terus menghantam dan merambat, berganti-ganti ke setiap bagian tubuh. Kadang bisa tangan didiamkan, gerak sendiri. Saya bingung.

Saya carilah di mesin peramban, apa penyakit saya. Kadang bagian dada seperti berdenyut kencang. Saraf-saraf tegang di mana-mana. Apa saya sakit jantung? Apa saya kena saraf kejepit? Namanya juga panik dan emosi, terkadang pikiran tidak terkendali. 

Kelepasanlah saya bercakap pelan dan sendiri, seputar pertanyaan tentang diri dan kira-kira jawabannya.

Saya sangat ingin menyudahi penderitaan. Pada sisi lain, seorang rekan kerja melihat. Ia tertawa dan merasa aneh. Saya tahu tetapi mengabaikan. 

Saya masih fokus menebak-nebak apa penyakit saya. Mungkin kalau dibilang sedikit gila, bolehlah. Apalagi pada dasarnya, saya memang overthinking orangnya. Terlalu kritis dan mempertanyakan segala sesuatu.

Solusi yang saya temukan...

Saya akhirnya bercerita pada kakak pertama. Kakak tertawa mendengar keluhan saya. Makin sakit hati saya. Orang sakit dan tidak enak badan malah ditertawakan.

Keadaan saya seluruhnya tidak ada yang saya tutupi. Saya benar-benar butuh pertolongan. Saya sudah pasrah dan mengakui, tidak bisa menemukan solusi sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun