Menilai kemampuan belajar pribadi
Pada satu sisi, ujian tidak untuk melihat mana yang lebih baik dan terbaik. Jika kita mampu memahami hasilnya, kita akan tahu kemampuan belajar pribadi. Apakah sejauh ini metode belajar yang diterapkan sudah benar?
Apakah kita mampu menyerap hasil pembelajaran dengan baik? Tolok ukurnya sudah ada, tanpa perlu membandingkan dengan prestasi orang lain.Â
Nilai satu sampai seratus skalanya. Satu adalah nilai terendah, seratus nilai sempurna. Tidak perlu melihat nilai orang lain.
Mengetahui potensi kemampuan yang menonjol
Dari sekian banyak mata kuliah atau pelajaran yang diujiankan, tentu ada satu lebih menonjol dari yang lain. Jika seseorang kuat di bidang seni, janganlah dipaksakan untuk mengoptimalkan daya hitungnya.
Jika orang suka menulis dan belajar bahasa, lebih baik tidak diminta lebih untuk belajar Matematika. Sebaliknya pun begitu. Orang yang suka angka, biarlah fokus pada kesukaannya.
Hasil ujian menggambarkan. Mana yang lebih kuat dan lebih disukai pribadi. Potensi dan kelebihan yang sungguh luar biasa jika diasah terus-menerus.
Memperbaiki bagian yang kurang
Kita juga bisa mengevaluasi diri atas bagian mana yang kurang. Melihat nilai-nilai di bawah standar. Meskipun kurang berminat akan bidangnya, tetaplah berusaha untuk mencapai standar.
Bukan menjadi yang terbaik, karena kita memang tidak serius di bidang itu. Pihak terdekat pun sebaiknya tidak mempermasalahkan, jika mampu menahan diri untuk tidak membandingkan dengan yang lain. Sekadar lulus, tetapi dengan prestasi menonjol pada satu bidang. Itulah yang dibawa sebagai keahlian.