Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mengapa Orang Baru Bertindak Setelah Ada Masalah?

26 Juli 2021   14:42 Diperbarui: 26 Juli 2021   17:17 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mendapat masalah yang tidak pernah dipikirkan, sumber: shutterstock

Satu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak laki-laki baru pindahan rumah. Mereka beralih dari kediaman lama yang dijual lumayan mahal ke kediaman baru di pinggir desa.

Mereka lelah tinggal di kota besar yang selalu sibuk setiap hari. Mereka membangun rumah dengan pagar yang didirikan tidak begitu tinggi. Mereka memelihara seekor anjing. Anjing yang masih berumur enam bulan itu setengah tingginya dibanding pagar.

Sang ayah mempersiapkan pembangunan rumah dengan baik. Dapur, kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dan garasi didesain sesuai permintaan istri. Sementara pagar dipikirnya cukup pada sisi tingginya. Ayah tidak berpikir perlu untuk memugar pagar.

Hari berlalu, anjing itu jinak sekali. Ia patuh pada ketiga majikan. Saat dipanggil, ia langsung berlari. Ketika disuruh makan, sejenak santapan habis. Semakin hari, anjing itu kian besar.

Tanpa terasa, tinggi anjing itu melebihi pagar. Oleh karena ketiga majikan terlalu yakin akan kejinakan dan kepatuhan si anjing, mereka tetap berpikir tidak perlu untuk meninggikan pagar. 

Suatu ketika, di luar pengawasan, anjing itu meloncat pagar. Ia menggonggong dan menggigit tangan seorang tetangga sampai berdarah. Keluarga tetangga itu marah-marah. Sang ayah tertunduk lesu dan memohon maaf.

Anjing itu dia bentak dan pukul agar jera. Pagar lekas ditinggikan supaya anjing tidak mampu melompat.

...

Adakah kita punya kebiasaan baru bertindak setelah ada masalah? Berapa kali kita mengulangi dan sudah sejauh mana dampak-dampak negatif yang timbul karena tidak dicegah?

Ilustrasi adalah contohnya. Apakah tidak tebersit pemikiran sang ayah jika suatu saat anjingnya bisa bertambah tinggi bahkan melebihi tinggi pagar? Mengapa ia merasa tenang-tenang saja dan percaya penuh pada kepatuhan anjing?

Pada akhirnya: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun