Lantas, mengapa sebagian besar perusahaan memutuskan harus punya logo?
Bukti eksistensi
Secara mudah tanpa perlu bicara, masyarakat tahu keberadaan perusahaan sekadar melihat logonya. Tengoklah poster-poster webinar. Di sana, selain gambar narasumber, materi dan jadwal webinar, tidak lupa ada beberapa logo di tepi sisi-sisinya.
Logo perusahaan itu adalah sponsor utama penyelenggaraan webinar. Kita lekas tahu, siapa saja perusahaannya. Seperti ilustrasi pula, tanpa bertanya orang itu bekerja di mana, sekilas setelah melihat logo, langsung paham.
Internalisasi nilai-nilai perusahaan
Bagian pertimbangan dalam membentuk logo ada di sini. Logo tidak sekadar gambar, garis, warna, dan tulisan. Ada makna penting pada setiap bagian.
Biasanya, nilai-nilai perusahaan yang merupakan nilai "dewa" dan bahasa "langitan" mendekati kondisi ideal dan sempurna, tecermin pada logo.Â
Nilai itu diharap tidak sekadar kata, tetapi merasuk dan terbentuk menjadi karakter pegawai. Itulah mengapa, dalam masa orientasi pegawai baru, logo tidak terkecuali dijelaskan sebagai bahan pengenalan perusahaan.
Taruhlah, merah melambangkan berani. Kuning keemasan memaparkan kejayaan. Hijau lebih dekat dengan keberpihakan pada lingkungan.Â
Ada lingkaran yang menggambarkan kesinambungan perusahaan yang terus berlangsung tanpa henti. Bisa pula gambar tangan sedang berjabat tangan, menandakan nilai kerja sama atau sinergi. Belum lagi perkara segi delapan, segi lima, dan arti bidang datar lain.
Menyahihkan transaksi