Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Empat Urgensi Menerakan Sumber pada Setiap Tulisan

25 Juni 2021   00:39 Diperbarui: 29 Juni 2021   21:18 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis artikel dengan menerakan sumber. Foto: iStockphoto/Jacob Ammentorp Lund via Kompas.com

Seorang lelaki membaca sebuah buku tentang psikologi. Ia sedang tertarik menulis seputar humaniora, terutama hubungan antarsesama manusia.

Ia baca satu demi satu teori psikologi. Para ahli menuliskannya dengan cermat dan tepat. Semua terasa nyata dan terlalu gampang ditemui praktiknya, dalam kehidupan sehari-hari lelaki itu.

Wahai penulis, masihkah semangat menulis sampai detik ini? Adakah kendala dalam menulis? Sudahkah Anda menulis hari ini? Bagaimana Anda menyajikan tulisan?

Saya jamin, segala artikel bersifat ilmiah dan logis selain pengalaman pribadi, membutuhkan teori dari penulis atau penemu sebelumnya. 

Kita membaca dulu tulisan mereka. Kita pahami benar dan belajar membandingkan dengan praktik yang ada pada situasi sekarang. Masih relevan, tidak?

Jika iya dan sesuai dengan perihal yang hendak kita tulis, biasanya kita kutip tulisan mereka -- sebagian atau seluruhnya -- dan sisipkan di antara paragraf-paragraf.

Ada yang menaruh lengkap biodata penulis atau penemu, baik berupa nama, tahun kelahiran, buku yang ditulis, beserta tahun terbitnya. Ada yang mencantumkan tautan di sela paragraf, yang jika diklik langsung menuju ke sumber tulisan.

Ada yang meletakkan pada bagian akhir artikel, juga berupa tautan. Intinya, harus menjadi kewajiban para penulis untuk menyertakan sumber tulisan, jika memang mencatut pemikiran orang.

Bahkan, ada cara untuk mengutip secara baik dan benar. Saya tidak akan membahas itu. Tetapi, saya hanya ingin mengulas, mengapa kita wajib menerakan sumber pada setiap tulisan.

Apa urgensinya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun