Seorang lelaki berjalan pelan menuju ke pasar. Ia menengok kanan dan kiri sudut-sudut perumahan. Sepi. Langit terlihat mendung. Banyak orang berdiam diri dalam rumah.
Tidak berapa jauh, ia berhenti. Ia menyimak beberapa anak sedang asyik bermain. Selintas, ia teringat desanya. Ingin sekali ia ikut bermain dengan mereka.
Di tengah perjalanan saya membeli rujak, ada tiga sampai empat anak bergembira di salah satu jalan perumahan. Mereka bersorak kegirangan. Sesekali tertawa lepas.
Di tangan dua orang dari mereka, masing-masing terdapat seekor burung merpati dengan warna bulu yang menarik. Karena kenal permainan itu, saya berhenti sejenak.
"Ini jantan atau betina, dek?" tanya saya pada salah satu anak. "Ini jantan, Mas. Kalau yang dipegang dia, betina," jawabnya lugas sembari menunjuk temannya yang sudah berdiri terpisah beberapa meter darinya.
Keplek Doro
Di kampung saya, permainan melibatkan dua ekor burung merpati dinamakan "keplek doro". Berasal dari bahasa Jawa, "keplek" berarti menepuk dan "doro" bermakna burung dara atau merpati.
Ada yang menepuk kedua tangan seperti memanggil. Ia memegang seekor burung betina dan mengayun-ayunkan ke atas dan bawah, untuk memancing sang jantan.
Iya, cara bermain "keplek doro" sangat sederhana. Minimal terdiri dari dua orang, masing-masing memegang seekor burung yang berbeda jenis. Satu jantan, lainnya betina.
Mereka memisahkan diri beberapa ratus meter. Setelah keduanya siap dan saling memandang dari kejauhan, si pemegang burung betina akan memberikan kode dan bersiap untuk mengayunkan sang burung.