Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Apakah Idealisme Berbahasa Indonesia Anda Masih Bertahan Saat Menulis?

19 Juni 2021   10:52 Diperbarui: 19 Juni 2021   11:53 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis menggunakan bahasa Indonesia, sumber: Thinkstock

Enggan berpikir ekstra

Ada ketidakmauan atau ketidakrepotan mencari padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Melengkapi data dan fakta, menyusun analisis, membuat kesimpulan dan saran saja sudah capai, buat apa mencari padanan kata?

Toh juga orang sudah paham apa yang diartikan dalam bahasa asing itu. Meskipun di lapangan, tidak semua orang Indonesia tahu bahasa asing.

Belum menemukan padanan kata

Sudah berpikir ekstra tetapi sulit menemukan hasil dan akhirnya bingung. Kita sadari ada beberapa memang kata-kata dalam bahasa asing yang belum dialihbahasakan ke Indonesia.

Daripada gegara kebuntuan mencari, tulisan menjadi tidak dibagikan, dan sayang pemikiran tidak menjadi bermanfaat karena terpendam dalam konsep saja, akhirnya memilih tetap membagikan tulisan.

Lebih populer dalam bahasa asing

Alasan terakhir adalah setelah mencari di media pencarian terkait kata-kata mana yang lebih populer digunakan orang-orang (untuk beberapa kata, harus diakui bahasa asing lebih populer), maka dipilihlah bahasa asing guna meningkatkan jumlah keterbacaan.

Bahasa Indonesia disimpan saja dalam kamus. 

Kejadian saya

Saya sebisa mungkin menggunakan bahasa Indonesia yang ada. Yang baku dan menghindari yang tidak. Semisal, personal branding saya ganti dengan penjenamaan diri. Body shaming saya ubah dengan celaan fisik. Meskipun saya tahu, kata itu tidak populer dan sebagian orang bingung dengannya. Sila baca:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun