Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Gorengan dan 6 Pesonanya yang Selalu Memikat Anda

14 Juni 2021   15:25 Diperbarui: 14 Juni 2021   15:44 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gorengan, sumber: Getty Images/Istockphoto

"Berapa yang belum pulang sampai saat ini?" tanya seorang lelaki pada temannya. Teman itu mendata siapa saja yang masih tinggal dalam ruangan. Satu per satu dihitungnya dengan tepat.

"Dua puluh orang, Pak," jawab teman itu. Lelaki itu mengeluarkan sejumlah uang dari dalam dompetnya. Ia memberikannya pada teman itu. Tidak berapa lama, setelah keluar kantor, teman itu membawa seplastik besar gorengan.

Demikianlah kebiasaan sebagian teman saat berbuka puasa di kantor. Meskipun tidak ikut puasa, saya terkadang kecipratan kesempatan untuk menyantap gorengan.

Dengan begitu ramah, mereka menyilakan saya bergabung. Sudah tertata rapi di atas meja, gorengan-gorengan yang baru dibeli dari tukang gorengan dekat kantor.

Ada bakwan jagung, tempe mendoan, risol berisi sohun, cireng, ubi goreng, dan lainnya. Sebagian besar berwarna kuning keemasan, yang memikat mata dan nafsu untuk melahapnya.

Gorengan makanan sejuta umat

Saya rasa, gorengan adalah makanan sejuta umat. Berjuta-juta bahkan. Anda para pembaca pasti pernah memakannya. Kendati sudah berubah dan tidak menyantapnya lagi, setidaknya sekali waktu pernah begitu suka.

Menemukannya pun sangat gampang. Mau di dekat kantor, lingkungan perumahan, sekitar taman, pinggir lapangan, dan lokasi lain, tukang gorengan bak cendawan saat musim hujan.

Bermodalkan gerobak, tutup kipas besar untuk saringan, minyak goreng, kompor beserta gas, wajan dan alat penggorengan, beserta bahan baku gorengan, profesi ini menarik banyak peminat.

Ada pula yang telah menetap dan membuka warung permanen. Iya, menjual gorengan telah mendatangkan potensi keuntungan bagi banyak orang. Jika tidak, tentu jumlah pedagang gorengan tidak kian banyak dan sulit ditemui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun