Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peribahasa Ini Ada karena Anda Buta

11 Juni 2021   23:23 Diperbarui: 12 Juni 2021   01:22 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buta, sumber: Dafinchi/Getty Images/iStockphoto 

Kita akan terus cecar, meskipun ia telah begitu banyak berbuat baik. Tanpa kompromi dalam menghukumnya atas kesalahan itu. Tidak ada belas kasihan barang sedikit untuk tidak mengingatnya.

Buta melupakan sakit hati

Yang ketiga ini lebih parah. Hati kita telanjur remuk karena perbuatan orang yang begitu menyakitkan. Ada kepahitan mendalam yang terus disimpan dan terlalu sulit dipulihkan.

Kita telanjur benci dan memandang bahwa segala yang dilakukan orang itu satu pun tidak ada yang benar. Semua salah. Hidupnya sangat salah. Dia terlahir pun seolah-seolah sebuah kesalahan.

Tidak ada yang luput

Peribahasa ini berlaku untuk semua orang. Tidak ada yang tidak pernah merasakan. Ketika emosi lebih mendominasi logika, sebijak apa pun otak mengendalikan diri kita, tetap akan kalah.

Kita kelepasan, rajin mengkritik, tanpa pernah "becermin". Terutama, bagi orang-orang yang hidupnya masih terjerembap dalam kubangan masa lalu. Selalu dibawanya, sakit dan segala penghinaan yang pernah dialaminya.

Dengan mengungkapkan kesalahan orang yang pernah menyakitinya, ia begitu puas. Seolah-olah dendam terbalaskan. Ia berhasil menyalahkannya seperti dahulu ia disalahkan.

Akhir kata...

Mari kita lebih banyak merenungi diri. Sudahkah kita dari hari ke hari menjadi pribadi yang lebih baik? Meninggalkan kesalahan-kesalahan dan terus bermanfaat?

Jika kiranya dalam satu dua hal kita hendak menyatakan kesalahan orang, seyogianya dipahami sungguh bahwa itu semata-mata untuk mengubahkannya ke arah yang benar. Berbicara empat mata adalah cara terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun