Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peribahasa Ini Ada karena Anda Buta

11 Juni 2021   23:23 Diperbarui: 12 Juni 2021   01:22 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buta, sumber: Dafinchi/Getty Images/iStockphoto 

"Kok dia begitu sih? Bodoh sekali caranya! Masak tidak tahu bagaimana seharusnya pada umurnya yang sudah segitu? Apa perlu diajari lagi? Malulah, sudah besar kok!" celetuk seorang wanita sambil berbisik di telinga seorang sahabat.

Ia terus mengkritik perilaku mantan pacarnya yang adalah teman sekantornya. Sahabat itu tersenyum. Ia tahu, wanita itu belum mampu melupakan sakit hatinya. Semua yang dilakukan mantannya selalu salah di hadapannya.

Pernahkah Anda menemui sosok yang mahir mencari kesalahan orang? Baik lewat perilaku maupun ucapan, tidak pernah ternilai benar dan selalu salah. Ketika dirinya dikritik, ia mengeluarkan berjuta-juta argumen untuk menyanggah.

Bisa dengan cara mengalihkan pembicaraan. Dapat pula melalui perdebatan sengit. Segala dalil dikeluarkan dan dirasionalkan olehnya, sehingga orang tidak berhasil menemukan cacat cela.

Waktu ditemukan pun, ia gengsi untuk mengakuinya. Berharap ia meminta maaf adalah hal mustahil. Ia masih saja terus merasa dirinya tetap benar. Seperti keras kepala.

Ia lebih cepat melihat kesalahan orang daripada milik sendiri. Dalam peribahasa, ada tiga edisi peribahasa yang saya pernah baca dan menggambarkan betul kondisi itu.

Edisi kuman:

Gajah di pelupuk mata tidak tampak, kuman di seberang lautan tampak.

Edisi semut:

Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang lautan terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun