Seorang lelaki menatap laptop di atas meja. Ia membaca sebuah tulisan pada satu platform blog keroyokan. Ia menikmati kata demi kata yang disajikan.
Sebuah senyuman lebar terbentuk di bibirnya. Perlahan, giginya terlihat karena tertawa kecil. Ia merasa seperti becermin seusai membaca tulisan. Betapa relevan penulisnya dalam berbagi pengalaman.
Saya percaya tulisan sama dengan ucapan. Menulis sama dengan bicara. Keduanya menghasilkan berbagai kata dalam rangkaian kalimat, berdasarkan hasil olah pikir, dan diharap lebih banyak bermanfaat.
Keduanya juga merupakan cerminan dari perasaan seseorang. Beragam emosi bisa kita temukan dari pilihan kata dalam ucapan dan nada suaranya. Jika kata-kata kotor atau umpatan dan dilantangkan, ada amarah di sana.
Dalam tulisan, bisa pula kita menebaknya. Meskipun tidak terdengar, kata lebih jelas terbaca dan didukung dengan penggunaan tanda baca. Amarah dapat tersirat dari tanda seru (!).
Senang, bisa dibuktikan dengan gaya bicara dan menulis yang bersemangat dan bercanda. Sedih, dilukiskan dengan nada bicara pelan dan terisak-isak, atau pilihan kata yang memilukan hati dalam tulisan.
Di Kompasiana, ada kategori khusus yang meluaskan Kompasianer menuliskan berbagai rasa tentang kehidupan. Pada kategori "Lyfe", tepatnya kanal "Diary". Seperti buku harian pribadi, Kompasianer bebas bercerita tentang yang sudah, sedang, atau diharap dialami.
Tidak menutup kemungkinan pula, kategori lain dapat kita siratkan rasa. Meskipun tidak tertulis jelas, saya kerap melakukannya, sehingga tulisan saya rasakan seperti sedang bicara saja.
Memikirkan kategori dan tema
Kategori yang paling menyentuh rasa setiap pembaca menurut saya adalah Humaniora dan Gaya Hidup. Humaniora terdiri dari Bahasa, Edukasi, Filsafat, dan Sosial Budaya. Sementara Gaya Hidup meliputi Fesyen, Hobi, Karir, dan Kesehatan.