Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Selain Struk, Anda Suka Bawa Banyak Uang atau Cukup Kartu?

24 Mei 2021   16:54 Diperbarui: 23 September 2022   07:34 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang lelaki mengantre di depan kasir suatu pasar swalayan. Tangannya menenteng banyak plastik belanjaan. Saat itu memang waktunya belanja bulanan.

Ia maju selangkah. Pembeli di depannya selesai membayar. "Semuanya 300 ribu, Mas," kata kasir seusai memeriksa seluruh harga belanjaannya. Ia membuka dompet. Begitu tipis. Ia mengeluarkan sebuah kartu. "Debet ya Mbak," katanya pada kasir itu.

Suatu saat, saya pernah lihat dompet teman di atas meja di kontrakannya. Saat itu, saya diminta tolong untuk mengambil selembar uang guna membayar suatu barang. Saya bukalah dompetnya.

Di sana, hanya ada satu lembar uang berwarna merah muda (baca: seratus ribu). Sisanya kartu dan bon. Setelah saya konfirmasi, ternyata memang teman saya itu tidak suka bawa banyak uang.

Hampir segala transaksi belanja dilakukannya secara daring, dengan pembayaran bermetode mobile banking. Uang di dompet hanya untuk makan sehari-hari.

Saya pribadi...

Saya termasuk orang bertipe seperti ilustrasi di atas. Sama pula dengan teman saya itu. Kendati tidak punya mobile banking, saya lebih suka memegang kas sedikit di dompet dan berbelanja ke mal lewat gesek kartu.

Ini tidak terjadi begitu saja. Berdasarkan pengalaman, muncullah alasannya. 

Kondisi dompet saya, lumayan banyak kartunya. Sumber: dokpri
Kondisi dompet saya, lumayan banyak kartunya. Sumber: dokpri
Tidak suka dompet tebal

Saya tidak suka punya dompet tebal-tebal. Ketika dimasukkan ke saku celana bagian belakang, waktu duduk, itu sangat mengganggu. Rasanya pantat tidak sejajar. Ada yang mengganjal. Miring ke kiri (saku di sebelah kanan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun