Mengapa kita bisa tertawa melihat penderitaan?
Saya, satu di antara orang yang mentertawakan itu. Entah kenapa, sesekali saya juga bisa mentertawakan mereka. Apakah karena salah satu penyebab di bawah ini?
Kita dilatih tertawa
Sejak kecil, sebagian kita dilatih orangtua untuk tidak gampang cengeng. Jatuh sedikit dari sepeda, biasanya kita menangis karena sakit. Berkelahi dengan teman, jika kalah, sebentar terisak dan mengadu ke orangtua.
Orangtua kemudian bilang, "Sudah-sudah. Gitu aja kok gembeng!" Lalu, orangtua akan melakukan sesuatu agar perhatian akan sakit hilang dan kita tertawa. Selain bertujuan membuat mental kuat, kita secara tidak langsung dilatih mentertawakan penderitaan sendiri.
Melihat ada kebodohan
Satu dua hal penyebab seorang menderita adalah terkait kobodohan pribadi. Ada perilaku benar yang biasanya sudah banyak orang tahu, tetapi sengaja atau karena faktor lupa, diabaikannya, sehingga dampak perilaku menjadi buruk.
Ini didasarkan rasa keingintahuan: bagaimana ya, jika melakukan hal yang dilarang -- menjadi larangan karena telah terbuktikan dampaknya buruk. Kita menjadi tidak habis pikir atas perilaku bodoh itu, sehingga tersenyum dan akhirnya tertawa. Ada satu dua orang pula, bertindak bodoh, mengalami derita, untuk mencari perhatian orang-orang.
Rasa simpati sudah hilang
Hilangnya unsur simpati, apakah perlu saya buktikan? Sudah jelas terpampang sepertinya. Baru-baru ini, banyak peristiwa kesedihan melanda negeri. Mirisnya, satu dua warganet ada yang gagal bersimpati -- jangan diharap pula berempati, sehingga mengunggah kalimat-kalimat yang seolah lucu bagi mereka, padahal begitu menyakitkan terasa.
Pendapat itu mereka rangkai sedemikian rupa tanpa memperhitungkan bagaimana rasanya menjadi korban. Entah, apakah maksudnya melucu, sehingga mereka bisa tersenyum ringan, bahkan tertawa.