Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Kita Bisa Tertawa Saat Melihat Orang Menderita?

16 Mei 2021   12:33 Diperbarui: 16 Mei 2021   12:40 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mentertawakan orang, sumber: 2ch.hk

Mengapa kita bisa tertawa melihat penderitaan?

Saya, satu di antara orang yang mentertawakan itu. Entah kenapa, sesekali saya juga bisa mentertawakan mereka. Apakah karena salah satu penyebab di bawah ini?

Kita dilatih tertawa

Sejak kecil, sebagian kita dilatih orangtua untuk tidak gampang cengeng. Jatuh sedikit dari sepeda, biasanya kita menangis karena sakit. Berkelahi dengan teman, jika kalah, sebentar terisak dan mengadu ke orangtua.

Orangtua kemudian bilang, "Sudah-sudah. Gitu aja kok gembeng!" Lalu, orangtua akan melakukan sesuatu agar perhatian akan sakit hilang dan kita tertawa. Selain bertujuan membuat mental kuat, kita secara tidak langsung dilatih mentertawakan penderitaan sendiri.

Melihat ada kebodohan

Satu dua hal penyebab seorang menderita adalah terkait kobodohan pribadi. Ada perilaku benar yang biasanya sudah banyak orang tahu, tetapi sengaja atau karena faktor lupa, diabaikannya, sehingga dampak perilaku menjadi buruk.

Ini didasarkan rasa keingintahuan: bagaimana ya, jika melakukan hal yang dilarang -- menjadi larangan karena telah terbuktikan dampaknya buruk. Kita menjadi tidak habis pikir atas perilaku bodoh itu, sehingga tersenyum dan akhirnya tertawa. Ada satu dua orang pula, bertindak bodoh, mengalami derita, untuk mencari perhatian orang-orang.

Rasa simpati sudah hilang

Hilangnya unsur simpati, apakah perlu saya buktikan? Sudah jelas terpampang sepertinya. Baru-baru ini, banyak peristiwa kesedihan melanda negeri. Mirisnya, satu dua warganet ada yang gagal bersimpati -- jangan diharap pula berempati, sehingga mengunggah kalimat-kalimat yang seolah lucu bagi mereka, padahal begitu menyakitkan terasa.

Pendapat itu mereka rangkai sedemikian rupa tanpa memperhitungkan bagaimana rasanya menjadi korban. Entah, apakah maksudnya melucu, sehingga mereka bisa tersenyum ringan, bahkan tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun