Dalam sebuah kamar, ada dua orang gadis sedang duduk dekat-dekatan. Satu gadis berbicara dengan mata begitu basah. Ia meletakkan kepalanya pada bahu gadis yang lain.
Gadis lain itu mendengarnya dengan tenang. Ia tidak melewatkan perhatiannya, atas setiap kesusahan yang diutarakan bersama tangisan itu. Ia tahu, temannya baru saja putus cinta. Ia pun tahu, bagaimana cara terbaik mendengarkannya.
Dalam hidup, komunikasi dua arah antarorang pasti terjadi. Satu berbicara, yang lain mendengarkan. Sebaliknya pula, saling bergantian. Jika seluruhnya berbicara, terjadi kebisingan. Jika semuanya mendengar, hanya sebuah keheningan.
Berbicara dan mendengar, terjadi di seluruh kalangan. Bisa antarteman, orangtua dengan anak, guru bersama murid, sesama rekan kerja, dan lain-lain antarpribadi.
Berdasarkan pengalaman, orang-orang lebih suka berbicara daripada mendengar. Dengan berbicara, mereka telah mencurahkan segala pemikiran dan isi hati selepas-lepasnya.
Sekarang bahkan, keahlian berbicara yang memukau dapat dipelajari dan menjadi salah satu modal penting saat bekerja. Pada sisi lain, mendengar pun sesungguhnya tidak kalah penting.
Meskipun tidak terlihat dominan karena tertangkap hanya diam, mendengar perlu dipelajari cara-caranya, dan juga kesopanannya. Ini agar seusai mendengar, kita berakhir dengan pengertian penuh atas cerita dan dicap orang yang beradab.
Fokus perhatian
Ketika mendengar, perhatian kita sepenuhnya ditatapkan pada pembicara. Pembicara pasti suka jika setiap dia ngomong kita perhatikan. Begitu juga sebaliknya. Mata fokus memandang, telinga tajam mendengar.
Tanpa bermain gawai