Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serampangan, Dicintai Anak, Dibenci Orangtua

9 Mei 2021   13:54 Diperbarui: 9 Mei 2021   15:13 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian bapak memasuki lapangan. Di bahu mereka, tersampir sebuah tali yang berujung pada tas besar, berisi satu dua raket dan setoples bola. Sudah menjadi kebiasaan, setiap sore, mereka bermain tenis.

Ketika ada yang bertanding, satu dua bapak duduk santai sebagai pendukung di kursi panjang. Sebatang rokok terisap sempurna di bibir. Asap pekat putih sedikit abu-abu menghambur ke udara. Dari kejauhan, beberapa anak menunggu. Mata mereka penuh ingin.  

Dari sekian banyak permainan anak tahun '90-an:

Jumpritan, semacam petak umpet. Seorang anak bermata tertutup tersangga tangan dan menghadap tembok, menghitung satu sampai sekian. Anak lain berlarian dan mencari tempat sembunyi. Kemenangan terjadi jika semua anak ditemukan.

Singkongan, berbentuk lempar sandal. Beberapa sandal disusun sedemikian rupa, menyatu dan miring-miring sehingga semua dapat berdiri. Seorang anak menjaga. Anak lain bersembunyi tetapi tidak terlalu jauh. Anak penjaga mencari mereka. Kemenangan terjadi jika semua ditemukan dan susunan sandal tidak roboh, terlempar sandal anak yang bersembunyi.

Bentengan, berwujud penjagaan markas. Dua grup anak saling mendirikan benteng terpisah jarak, berupa tembok atau tiang listrik. Tiap grup terdiri dari tiga orang. Tiap grup harus merebut benteng lawan dengan menyentuhnya. Jika anggota grup tersentuh lawan, ia menjadi tawanan di dekat benteng -- merentangkan tangan -- dan bebas ketika disentuh kembali oleh timnya. Kemenangan terjadi jika benteng lawan tersentuh.

Kelereng, permainan gundu di tanah. Satu dua anak menembakkan gundu dengan segala gaya, fokus dan terarah pada kelereng lawan. Jika kena, maka kelereng itu menjadi miliknya. Kemenangan dimiliki oleh anak yang punya kelereng terbanyak.

dan seterusnya,

saya akan membahas satu permainan lagi, yang begitu unik, karena disukai anak tetapi dibenci orangtua. Namanya serampangan. Dapat diartikan sembarangan. Alat permainan terdiri dari tiga macam: sandal, bungkus rokok, dan kapur tulis putih.

Permainan ini dimainkan beberapa anak. Seorang anak dengan kapur akan menggambar sebuah lingkaran besar di permukaan jalan. Biasanya, jalan yang digunakan adalah bagian petak kosong dari tepi lapangan yang sepi, yang tidak dilalui kendaraan bermotor, dengan maksud agar selama bermain tidak ada gangguan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun