Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Anak Muda Tidak Boleh Bijak?

5 Mei 2021   04:04 Diperbarui: 5 Mei 2021   04:42 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: rawpixel.com/Freepik

Berapa dari Anda lebih yakin perkataan orangtua daripada anak muda? Jika Anda mengalami masalah, seberapa sering Anda menghadap kepada yang lebih tua, untuk meminta jawaban? Mengapa Anda tidak mencari saran dari anak muda?

Tidak bisa dimungkiri, kita lebih percaya asumsi bahwa orangtua mahir dan tepat memberikan pemecahan masalah. Selain tahu teori, mereka sudah mengalami langsung. Asam garam kehidupan meramu solusi. Sesuatu yang diharap menciptakan lebih banyak manfaat daripada kerugian.

Sementara anak muda, terus dipandang sebelah mata. Seorang anak kemarin sore. Tidak stabil emosinya. Kebanyakan belajar tetapi nol pengalaman. Ada pula yang malas dan masih bergantung orangtua.

Saya sepenuhnya menyadari keadaan ini. Juga sependapat benar. Tetapi, tidak semua anak muda seperti itu.

Belajar kebijaksanaan

Saya tergolong muda. Belum banyak umur. Tetapi, ini tidak menjadikan saya menunggu tua dahulu baru bijak. Berdasarkan KBBI, bijak berarti: selalu menggunakan akal budinya; pandai; mahir. Sementara bijaksana sedikit lebih lengkap: selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya); arif; tajam pikiran.

Kalau menurut saya, baik bijak maupun bijaksana, adalah sikap mengoptimalkan daya pikir, menerka kebaikan dan keburukan dari suatu hal, dan memilih hal mana yang lebih dominan kebaikannya.

Dalam belajar kebijaksanaan, selama hidup, saya suka membaca tiga kitab di Perjanjian Lama. Kitab Amsal, berbicara tentang bagaimana kita mencintai berbagai-bagai nasihat, dengar-dengaran orangtua, dan menerapkannya agar tidak timbul dampak buruk dalam kehidupan. 

Kitab Pengkhotbah menceritakan bahwa segala sesuatu sia-sia, bahkan orang berusaha sebijak apa pun, tetap sia-sia. Hanya takut kepada Tuhan yang lebih utama. Sang sumber kebijaksanaan itu.

Kitab Ayub berkata bahwa orang benar tidak lepas dari masalah. Orang yang sudah mengatur sebijak mungkin hidupnya untuk menjaga tingkah laku dalam kebenaran, tetap diuji dengan cobaan. Itulah hasil pengertian saya atas kebijaksanaan ketiga kitab itu. Sampai sekarang saya masih membaca dan mendengarnya.

Kebijaksanaan membuat hidup saya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun