Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Sebagian Ibu Suka Bungkus-bungkus Makanan?

1 Mei 2021   02:25 Diperbarui: 2 Mei 2021   17:31 2112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi meja hidangan prasmanan. Sumber: Freepik.com/mrsiraphol

Sepasang mempelai tersenyum di atas panggung. Sehelai ulos berwarna cerah terbentang pada bahu mereka, seperti mengikatkan dan menyatukan. Riuh rendah terjadi begitu saja dalam gedung itu.

Beberapa amang -- bapak dalam bahasa Batak, tersenyum dan tertawa terbahak-bahak. Mereka begitu gembira atas penikahan salah satu anggota keluarga besarnya. Sementara inang -- ibu dalam bahasa Batak, tidak kalah senang. Mereka berdiri mengerubungi meja prasmanan.

Bukan satu dua kali saya menghadiri pesta pernikahan adat Batak. Sekali pesta, bisa berlangsung berjam-jam. Pagi hari -- biasanya Sabtu atau Minggu, dimulai dengan pemberkatan nikah di gereja. 

Menjelang tengah hari, saat makan siang bersama. Setelah itu, para anggota keluarga yang menempati kedudukan terhormat, secara bergantian memberi wejangan, pesan nasihat, terutama bagi mempelai. Sepanjang acara, musik gondang Batak dibunyikan.

Apakah Anda pernah mengalaminya? Saya tentu tidak hanya duduk selama acara. Bisa pegal pantat saya. Saya akan berjalan-jalan, melihat mempelai lebih dekat, sesekali mampir ke meja prasmanan.

Di sana tersaji beberapa jenis makanan. Yang khas adalah saksang, arsik ikan Mas, daun singkong tumbuk, teri Medan, lapet, dan masakan Batak lain. Di ujung pesta, kalimat terakhir pada ilustrasi di ataslah yang terjadi.

Sembari duduk, saya amati mereka. Mengapa mereka, para ibu Batak, suka membungkus-bungkus makanan? Dari dalam tas mewah mereka, satu demi satu tangan dengan gesit mengambil sebuah kantung plastik hitam. Ada pula yang membawa beberapa dan membagi-bagikan ke sekitarnya.

Pikiran saya melayang-layang. Jawaban-jawaban aneh bermunculan. Saya tersenyum karena terpuaskan. Masuk akal, dan tinggal dibuktikan dengan menanyai mereka. Tetapi, saya tidak cukup berani melakukannya. Takut menyinggung.

Ilustrasi makanan pesta di meja prasmanan, Sumber: Thinkstockphotos
Ilustrasi makanan pesta di meja prasmanan, Sumber: Thinkstockphotos

Makanannya enak

Siapa yang tidak suka makanan enak? Apalagi gratis. Itu surga dunia. Tentu, pergi ke pesta tidak ada yang gratis. Ongkos bensin, pakaian pesta, amplop mempelai, dan lain-lain, jika ditotal cukup banyak biayanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun