Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Salahkah Lelaki Perasa?

27 April 2021   16:33 Diperbarui: 27 April 2021   17:06 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay/ StockSnap

Akhirnya, muncul rasa segan dan penilaian kaku terhadap saya. Saya rasakan benar itu. Tetapi, demi memberi contoh dan menjaga perasaan, saya rela dinilai seperti itu.

Mudah berempati

Bagian ini muncul begitu saja. Ketika ada teman yang dilukai, saya secara otomatis tidak sekadar bersimpati, melainkan langsung berempati. Saya menempatkan diri di posisinya. Saya malah ikutan terluka jadinya.

Bila ada perkabungan, saya rajin mendatangi keluarga yang ditinggalkan, untuk menyampaikan bela sungkawa. Ketika ada teman kesusahan dan butuh duit, saya dengan mudah memberikannya. Tidak meminjamkan ya, tetapi memberikan.

Bodohnya, keseringan berempati ini dimanfaatkan oleh salah seorang teman. Saya baru tahu dari teman lain, bahwa teman itu memang suka berbohong untuk meminjam. Akhirnya saya kehilangan cukup banyak uang karena tertipu.

Tidak ingin merepotkan orang lain

Orang lain punya masalah sendiri. Orang lain ada kesibukan masing-masing. Saya merasa bila tidak begitu darurat, masih bisa dikerjakan tangan sendiri, saya paling enggan merepotkan orang lain.

Meskipun mereka terkadang menawarkan bantuan, saya bilang, "Saya bisa sendiri." Meskipun mereka menawarkan pundak untuk bercerita, saya bilang, "Saya tidak ada masalah. Saya baik-baik saja."

Padahal di dalam kamar, saya begitu tersiksa. Mengapa bisa ada teman yang seperti itu? Mengapa tega mengakali saya seperti ini? Saya hanya menangis, curhat sama Tuhan.

Bagaimana sekarang?

Pintar mungkin masih. Perasa, sudah saya kurang-kurangi. Saya rasa semakin dewasa, terlalu perasa juga tidak baik. Kemungkinan berumur pendek semakin besar. Bagaimana tidak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun