Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

5 Ketakutan Menulis Saya, Mungkin Anda Juga

26 April 2021   22:00 Diperbarui: 26 April 2021   23:03 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ketakutan, Sumber: Pixabay

Seorang lelaki duduk di kursi. Punggungnya bersandar ke tembok. Kedua tangannya tergeletak di atas meja. Matanya menatap hampa layar monitor laptop di depannya. Sudah tiga jam berlalu begitu saja.

Layar itu begitu putih. Tidak ada sedikit pun coretan tergores. Padahal, sekumpulan ide terus berkelebat di otaknya. Namun, belum tertuliskan, karena terhadang beberapa pertanyaan.

Selama hidup, kita pasti pernah dilanda ketakutan. Orang terkuat dan terberani sedunia pun, tidak lepas dari rasa ini. Sebagai anak, kita takut orangtua kita yang telah lansia, menderita sakit tua yang sulit tersembuhkan.

Di posisi orangtua, takut pula anaknya kenapa-kenapa di perantauan. Seorang jomlo berusia banyak, takut tidak beroleh pasangan. Yang sedang sekolah, takut tidak lulus ujian. Laki-laki yang hendak meminang anak orang, takut menghadap perangai calon mertuanya.

Ketakutan adalah wajar. Menurut wikipedia, beberapa ahli psikologi juga telah menyebutkan bahwa takut adalah salah satu dari emosi dasar, selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan.

Dalam hal rohani, selalu diajarkan agar kita tidak perlu takut ketika benar. Tetapi, tetap wajib takut, bila menghadap Yang Kuasa. Kita seyogianya takut dengan kedahsyatan kuasaNya, kehebatan amarahNya, dan keadilan serta ketegasanNya. Orang salah bagiNya akan dihukum, orang benar olehNya beroleh berkat.

Ketakutan juga melanda saya selama berkecimpung di Kompasiana. Menekuni kegemaran saya sebagai cerpenis khususnya dan penulis artikel umumnya, saya pernah diserang ketakutan, hingga terjadi seperti ilustrasi di atas.

Bisa saya bengong, menghabiskan waktu tidak berguna, tanpa menorehkan apa-apa di laptop. Ketakutan-ketakutan menguasai pikiran saya, mengalahkan bertumpuk-tumpuk ide yang mendesak dituliskan.

Artikel ternilai tidak bermutu

Apakah artikel saya telah merujuk data dan fakta berdasarkan sumber tepercaya? Apakah saya mampu menjawab enam pertanyaan (apa, di mana, mengapa, bagaimana, kapan, dan siapa) seputar masalah yang dibahas, dengan logika yang masuk akal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun