Teman bermain, bertengkar, dan bercanda. Sudah biasa dipercakapkan kata-kata santai, seperti "elo", "kamu", dan lainnya. Saya kira tidak ada yang memanggil "saudara".
Ketika sedang emosi
Waktu marah, perasaan bergejolak lebih dahsyat daripada logika. Tidak ada lagi mengatur kata-kata dengan sopan. Umpatan, cacian, makian, semuanya kata-kata tidak sopan.
Tanpa kita sadari, peyorasi berlimpah di sana. Melukai hati orang. Merendahkan martabat orang. Ketika emosi sedang bekerja.
Akhirnya, bahasa adalah soal rasa. Kalau kita ingin dihargai dan dihormati, tentu wajib lebih dahulu menghargai dan menghormati orang. Jika kita tidak ingin direndahkan, kita pun seyogianya menjauhi penggunaan kata-kata peyorasi.
Kata-kata yang sudah keluar dari mulut kita, bila itu telah melukai hati orang, sulit ditarik kembali. Kita meminta maaf, belum tentu seketika pulih. Oleh karena itu, bijak-bijaklah berkata-kata.Â
"Saya pulang dulu ya, teman. Besok kita berbincang lagi. Salam buat istrimu," kata lelaki itu. Ia mengemasi barang dalam tasnya. Lantas, pergi begitu saja dari warung bubur kacang hijau itu.
Kedua temannya mengernyitkan dahi. "Istri, istri siapa? Bisa-bisanya dia titip salam," celoteh salah seorang dari mereka.
...
Jakarta
25 April 2021
Sang Babu Rakyat