Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Kegagalan Saya Memelihara Ikan

24 April 2021   15:28 Diperbarui: 24 April 2021   16:24 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya, kualitas air yang masuk kembali ke akuarium, terbilang kotor, tidak menyehatkan. Air cepat keruh. Saya kecapaian kerap menguras. Lalu, saya biarkan saja. Beberapa ikan saya jadi tidak berumur panjang.

Gagal meng-ikan-kan ikan

Saya suka mempermainkan ikan, dulu. Ketika senggang, saya memasukkan tangan dan memegang-megangnya. Saya pikir itu biasa saja dilakukan majikan dengan hewan peliharaannya, seperti kepada kucing dan anjing. Pasti tidak mengganggu. 

Selain itu, saya sering memberi makan berlebihan. Maksudnya baik, agar ikan tidak kelaparan. Eh, ndilalah, setelah saya beri pelet dan tinggal kerja, makanan itu masih tersisa banyak. Menjadi racun dan memburukkan kualitas air.

Saya acap kali mengganti airnya dengan memindahkan ikan begitu saja ke air baru. Ternyata saya baru tahu, itu mengagetkan mereka. Mereka perlu beradaptasi lagi dengan lingkungan baru. Ketiga kebodohan saya ini menyebabkan ikan saya cepat meninggal.

Belajar dari kegagalan

Dari kegagalan di atas, saya tidak berpangku tangan. Masak iya, manusia yang diberi hikmat oleh Yang Kuasa, tidak bisa belajar mencari solusi mengatasi kegagalan itu?

Perasaan bersalah saya karena telah membunuh banyak ikan, menuntun saya untuk lebih memuliakannya lagi, meng-ikan-kan ikan senyaman mungkin, dan meminimalkan ikan mati lagi. Saya harus menebus dosa-dosa saya. Oleh sebab itu, saya melakukan langkah-langkah berikut:

Membaca artikel ikan

Saya belajar membaca ilmu tentang memelihara ikan. Saya buka media peramban dan saya baca satu demi satu tip-tip memelihara ikan, dari para peternak dan penggemar ikan hias.

Mereka berbagi ilmu dengan begitu lengkap. Semua ada dan bisa dicermati. Perlahan, otak kosong saya terisi ilmu. Saya tersenyum sendiri ketika berhasil menemukan jawaban atas penyebab kematian ikan saya, sekaligus cara-cara mengatasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun