Akhirnya, kualitas air yang masuk kembali ke akuarium, terbilang kotor, tidak menyehatkan. Air cepat keruh. Saya kecapaian kerap menguras. Lalu, saya biarkan saja. Beberapa ikan saya jadi tidak berumur panjang.
Gagal meng-ikan-kan ikan
Saya suka mempermainkan ikan, dulu. Ketika senggang, saya memasukkan tangan dan memegang-megangnya. Saya pikir itu biasa saja dilakukan majikan dengan hewan peliharaannya, seperti kepada kucing dan anjing. Pasti tidak mengganggu.Â
Selain itu, saya sering memberi makan berlebihan. Maksudnya baik, agar ikan tidak kelaparan. Eh, ndilalah, setelah saya beri pelet dan tinggal kerja, makanan itu masih tersisa banyak. Menjadi racun dan memburukkan kualitas air.
Saya acap kali mengganti airnya dengan memindahkan ikan begitu saja ke air baru. Ternyata saya baru tahu, itu mengagetkan mereka. Mereka perlu beradaptasi lagi dengan lingkungan baru. Ketiga kebodohan saya ini menyebabkan ikan saya cepat meninggal.
Belajar dari kegagalan
Dari kegagalan di atas, saya tidak berpangku tangan. Masak iya, manusia yang diberi hikmat oleh Yang Kuasa, tidak bisa belajar mencari solusi mengatasi kegagalan itu?
Perasaan bersalah saya karena telah membunuh banyak ikan, menuntun saya untuk lebih memuliakannya lagi, meng-ikan-kan ikan senyaman mungkin, dan meminimalkan ikan mati lagi. Saya harus menebus dosa-dosa saya. Oleh sebab itu, saya melakukan langkah-langkah berikut:
Membaca artikel ikan
Saya belajar membaca ilmu tentang memelihara ikan. Saya buka media peramban dan saya baca satu demi satu tip-tip memelihara ikan, dari para peternak dan penggemar ikan hias.
Mereka berbagi ilmu dengan begitu lengkap. Semua ada dan bisa dicermati. Perlahan, otak kosong saya terisi ilmu. Saya tersenyum sendiri ketika berhasil menemukan jawaban atas penyebab kematian ikan saya, sekaligus cara-cara mengatasinya.