Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

10 Alasan Mengapa Anda Wajib Menjadi Kompasianer

21 April 2021   17:17 Diperbarui: 21 April 2021   17:32 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya dulu punya blog pribadi. Sampai sekarang, gegara Kompasiana, blog itu saya tinggal begitu saja. 

Perkenalan saya dengan Kompasiana berawal dari sebuah percakapan dengan atasan. Beliau bercerita tentang seorang temannya yang menjadi Kompasianer dan terkenal karena tulisannya. Tulisan itu banyak dipakai sebagai rujukan kajian para akademisi. Saya menjadi tertarik setelah mendengarnya.

Lalu, sekejap saya cari informasi tentang Kompasiana. Saya buka media peramban dan saya masuk ke alamat situsnya. Saya baca satu demi satu tulisan. Saya lihat apa-apa saja yang disajikannya.

Apakah lebih baik kualitasnya dari blog saya? Apakah bisa memikat saya untuk terus membaca? Apakah lebih meringankan saya menulis dan mengelola tulisan? Keuntungan-keuntungan apa saja yang saya peroleh? Apa waktu yang saya keluarkan sebanding dengan informasi yang saya dapat? Dalam arti, analisis tulisan mendalam dan tidak hoax? 

Akhirnya, untuk menjawab rasa penasaran atas pertanyaan-pertanyaan itu, saya memutuskan bergabung, menjadi Kompasianer. Dan inilah, sepuluh manfaat yang saya dapatkan dari Kompasiana. Mata dan kepala saya sendiri yang menyaksikan dan mengalaminya.

Kita berpotensi tenar

Tulisan kita yang lulus seleksi editor, beroleh label pilihan, bahkan artikel utama, akan disebarluaskan di dunia maya melalui media sosial Kompasiana, seperti Facebook dan Twitter. Semua kalangan bergawai bisa membacanya.

Selain itu, sesekali muncul juga di halaman Kompas.com, bagian muka pula. Siapa yang tidak tahu dan tidak pernah buka Kompas.com, salah satu media massa tersohor di negeri ini? Saya rasa bila ada, tidak banyak. Nama kita yang tersemat sebagai penulis artikel akan ikut populer. Persis keterangan atasan saya di atas.

Belajar dari penulis senior

Di sini, banyak Kompasianer berkelas, mulai dari profesor, pakar bahasa, guru, cerpenis, penyair, dan lainnya, yang semua itu tidak diragukan kualitas tulisannya. Dari penulisan ejaan, penggunaan tanda baca, menyusun paragraf, pemilihan diksi, analisis masalah, kreasi dialog, dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun