Alkisah, hiduplah sebuah keluarga, terdiri dari enam orang: bapak, ibu, dan empat anak. Anak pertama, kedua, dan keempat adalah laki-laki. Yang ketiga pasti perempuan.
Anak ketiga kawin dengan seorang lelaki dambaannya, yang sudah dipacarinya bertahun-tahun. Saat menikah, lelaki itu adalah pegawai bank. Ia juga anak orang punya. Masa kecilnya begitu dimanja. Hidupnya serba ada. Semua disediakan, tanpa kurang satu apa pun.
Seiring waktu berjalan, karena satu dua hal, lelaki itu keluar bekerja. Ia tidak tahan menghadapi tekanan dalam kantor. Sementara istrinya, masih bekerja mencari uang pada salah satu perusahaan onderdil.
Mereka mengambil rumah dengan berutang. Otomatis, ketika suami tidak bekerja, beban utang menumpuk pada istri. Ndilalah, kebiasaan manja yang diterapkan ibu lelaki itu, membuat lelaki itu pilih-pilih bekerja.
Sudah dalam terpupuk gengsi dalam dirinya, sudah terbiasa hidupnya nyaman saat berlabel orang punya, sehingga kerja kasar tidak mau diambilnya. Ia membiarkan istrinya begitu saja berupaya susah payah menghidupi keluarga. Bisa dibilang, istri itu kepala keluarga malah, mencukupi segala kebutuhan.
Karena keperluan semakin banyak, sementara sumber daya penghasilan hanya dari kantung istri, maka saat cicilan rumah jatuh tempo, sang istri tidak kuat dan meminta tolong adiknya untuk meminjamkan sejumlah uang.
Pertama, adiknya mau menolong. Disertai pula dengan janji akan dilunasi. Hari berganti hari, utang tetaplah utang, dan cicilan rumah bulanan tetap juga datang. Utang pertama belum lunas, kakak itu meminjam lagi. Lama-kelamaan, adiknya memutuskan untuk tidak meminjamkan.
Saya kira konflik pinjam meminjam uang antaranggota keluarga pernah bahkan kerap terjadi. Memang, sebagai keluarga, kita wajib menolong yang berkekurangan. Itu pun menjadi pesan orangtua.
Tidak ada orangtua yang mau anaknya kesusahan. Tidak ada orangtua yang ingin anaknya mempermalukan nama baik keluarga, dengan meminjam ke orang yang tidak dikenal. Sebisa mungkin, bila masih dapat diselesaikan internal secara kekeluargaan, meminjam ke orang lain patut dihindari. Itu hal yang kurang pantas.
Ada beberapa hal yang membuat orang terpaksa meminjam. Ketidakmampuan mengelola nafsu belanja, tidak adanya tabungan, ada keperluan mendesak yang harus dibayar tanpa toleransi waktu, dan lainnya.