Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Tidak Meminjamkan adalah Baik

20 April 2021   15:30 Diperbarui: 20 April 2021   15:46 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Entrepreneur

Alkisah, hiduplah sebuah keluarga, terdiri dari enam orang: bapak, ibu, dan empat anak. Anak pertama, kedua, dan keempat adalah laki-laki. Yang ketiga pasti perempuan.

Anak ketiga kawin dengan seorang lelaki dambaannya, yang sudah dipacarinya bertahun-tahun. Saat menikah, lelaki itu adalah pegawai bank. Ia juga anak orang punya. Masa kecilnya begitu dimanja. Hidupnya serba ada. Semua disediakan, tanpa kurang satu apa pun.

Seiring waktu berjalan, karena satu dua hal, lelaki itu keluar bekerja. Ia tidak tahan menghadapi tekanan dalam kantor. Sementara istrinya, masih bekerja mencari uang pada salah satu perusahaan onderdil.

Mereka mengambil rumah dengan berutang. Otomatis, ketika suami tidak bekerja, beban utang menumpuk pada istri. Ndilalah, kebiasaan manja yang diterapkan ibu lelaki itu, membuat lelaki itu pilih-pilih bekerja.

Sudah dalam terpupuk gengsi dalam dirinya, sudah terbiasa hidupnya nyaman saat berlabel orang punya, sehingga kerja kasar tidak mau diambilnya. Ia membiarkan istrinya begitu saja berupaya susah payah menghidupi keluarga. Bisa dibilang, istri itu kepala keluarga malah, mencukupi segala kebutuhan.

Karena keperluan semakin banyak, sementara sumber daya penghasilan hanya dari kantung istri, maka saat cicilan rumah jatuh tempo, sang istri tidak kuat dan meminta tolong adiknya untuk meminjamkan sejumlah uang.

Pertama, adiknya mau menolong. Disertai pula dengan janji akan dilunasi. Hari berganti hari, utang tetaplah utang, dan cicilan rumah bulanan tetap juga datang. Utang pertama belum lunas, kakak itu meminjam lagi. Lama-kelamaan, adiknya memutuskan untuk tidak meminjamkan.

Saya kira konflik pinjam meminjam uang antaranggota keluarga pernah bahkan kerap terjadi. Memang, sebagai keluarga, kita wajib menolong yang berkekurangan. Itu pun menjadi pesan orangtua.

Tidak ada orangtua yang mau anaknya kesusahan. Tidak ada orangtua yang ingin anaknya mempermalukan nama baik keluarga, dengan meminjam ke orang yang tidak dikenal. Sebisa mungkin, bila masih dapat diselesaikan internal secara kekeluargaan, meminjam ke orang lain patut dihindari. Itu hal yang kurang pantas.

Ada beberapa hal yang membuat orang terpaksa meminjam. Ketidakmampuan mengelola nafsu belanja, tidak adanya tabungan, ada keperluan mendesak yang harus dibayar tanpa toleransi waktu, dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun