hobi menulis cerpen -- saya tidak sebut karier penulis ya, karena saya punya pekerjaan tetap -- saya betul-betul menikmati.Â
Apakah tulisan ini murni hasil pemikiran atau separuh curhat? Saya jawab keduanya. Sepanjang saya menekuniSatu demi satu wawasan dibukakan oleh Yang Kuasa, seputar seluk beluk penulisan cerpen. Tentu, semua tidak datang begitu saja. Ada upaya keras yang saya lakukan.
Mulai dari belajar cara-cara penulisan artikel yang benar, membaca cerpen-cerpen para Kompasianer, berguru kepada para pengarang besar melalui karya mereka di buku cerpen pilihan Kompas, membaca KBBI dan PUEBI, sampai meminta saran dan koreksi teman terkait cerpen saya.
Semua saya rangkum, saya kemas, dan berbuahkan tulisan. Lumayan banyak tip yang telah saya anggit, cerpen yang sudah saya goreskan, dan berbagai manfaat yang diperoleh setelah menulis cerpen. Saya berharap itu semua bermanfaat bagi Anda.
Di pergaulan, saya sekarang dikenal sebagai cerpenis. Ketika di kantor, bermain bersama teman, dalam keluarga, semua memandang saya suka menulis. Saya hobi dan mungkin sampai taraf berlebihan dalam menulis cerpen.
Bagaimana tidak? Selama satu semester, dari akhir 2020 s.d. bulan April 2021 ini, saya sudah membukukan 109 cerpen dalam lima buku. Saya memang menanamkan sebisa mungkin pada diri, minimal satu cerpen tertulis dan tayang di Kompasiana setiap hari.
Tetapi, pada perjalanannya, sering jatuh bangun. Selain karena diri yang sulit konsisten, mungkin saya terbawa suasana dari luar. Ada yang menyemangati:
Guru bahasa
Ada teman yang menganggap saya Guru Bahasa. Ketika berbicara dengan saya, harus berbahasa Indonesia baik dan benar. Oleh sebab itu, mereka enggan berbahasa gaul. Saya sering koreksi pula dan memberitahukan yang benar.
Atas hal ini, saya senang. Dipandang benar dalam berbahasa. Kendati kenyataannya masih banyak lecet sana sini, setidaknya bukti saya mencintai Bahasa Indonesia mulai ternilai.
Pandai bercerita
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!