Selain itu, jangan biasakan menyingkat kata. Latih diri sebanyak mungkin, memperindah kalimat dengan rangkaian kata yang berbeda setiap waktu. Kapan pun. Nanti, secara tidak sadar, pasti terbawa kala menulis cerpen.
(Perhatikan! Ada lima kata berbeda di kedua paragraf di atas, tetapi punya makna sama: saat, ketika, waktu, kapan, dan kala.)
Perbanyak baca
Ini wajib. Punya banyak kosakata di kepala, selain karena membaca tulisan orang, juga sebab membaca kamus kita, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Di sana, selain diterakan arti kata secara harfiah, biasanya ada pula sinonim katanya.
Semisal, kata menjelaskan, diartikan di kamus adalah: menerangkan, menguraikan secara terang. Kita bisa pakai kata menerangkan dan menguraikan, untuk mengganti kata menjelaskan. Di luar itu, bisa pula membabarkan, menggambarkan, memaparkan, menceritakan, dan lainnya, yang hampir sama maknanya.
Pahamkan diri adalah pejuang literasi
Penulis adalah pejuang literasi. Orang yang bertugas mengenalkan ke publik, beragam kata di kamus, bagaimana menulis kata-kata sesuai kaidah, baik KBBI maupun PUEBI. Kita harus ingat, peran ini begitu penting.
Bila tidak kritis, pembaca akan dengan mudah meniru tulisan kita, kendati salah. Oleh sebab itu, pengetahuan akan ragam kata dan bentuk bakunya tentu harus banyak di benak kita. Kita harus menjaga kualitas literasi yang benar. Â
Gelorakan cinta
Terakhir, tetapi penting dan melengkapi itu semua, tanamkan cinta yang membara di hati kita, pada bahasa Indonesia. Tanamkan sakit hati dan kegelisahan yang begitu dalam, ketika melihat ada kata-kata tidak sesuai kaidah, dituliskan.
Buatlah diri kita tidak nyaman dengan itu. Buatlah diri kita menandinginya, dengan menyajikan kata yang benar. Bila kita sudah cinta Bahasa Indonesia, kerelaan waktu untuk membaca dan membiasakan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, terjadi begitu saja.Â