"Mengapa" tentu ingin mengatakan penyebab konflik itu terjadi. Penyebab ini biasanya menjadi pemicu imajinasi pembaca memikirkan seperti apa nanti solusi yang mungkin disajikan.
Karena kejengkelannya sudah menumpuk, batas waktu pengumpulan iuran Agustusan pun kian dekat, gadis itu memutuskan beranjak dari kursi. Dengan langkah tegas, ia mendekati teman yang masih mendengkur itu. Ia menggebrak meja.
"Bangun, kau! Bayar uang kas! Sudah sebelas bulan kau berutang. Kali ini, harus kau lunasi!" gertaknya. Teman itu terbangun. Ia berdiri. "Memangnya kenapa kalau saya tidak bayar? Kamu tidak tahu, saya sudah banyak pengeluaran. Uang buku, sumbangan pembangunan, iuran ekskul, semua menghabiskan uang. Buat apa saya harus bayar kas lagi?" jawabnya.
Gadis itu melipat tangan di dada. Dia tidak percaya perkataan itu. Bagaimana bisa dia mengaku banyak pengeluaran, tetapi masih mampu makan enak di kantin? Bisa pula mentraktir teman-temannya. Mengapa uang kas yang awalnya ia ikut sepakat sepuluh ribu per bulan, tidak mau ia bayar?
Bagaimana
"Bagaimana" merujuk pada penyelesaian konflik. Akhir dari sebuah konflik. Apakah tertangani dengan baik sampai selesai, atau menggantung tanpa solusi. Bebas, terserah cerpenisnya.
"Kalau kau tidak mau bayar, saya laporkan ke wali kelas!" gertak gadis itu lagi. Matanya semakin melotot. Amarahnya sampai ke ubun-ubun. Tangannya terus menunjuk-nunjuk. Beberapa teman menarik-narik seragamnya, seperti ingin memadamkan emosinya.
Teman itu malah tertawa. "Laporkan saja kalau berani!" Ia menantang. Ia berkacak pinggang. Ia tahu, itu sia-sia. Tidak mungkin, ibunya memarahinya.Â
Gadis itu terdiam. Pikirannya semakin kacau. Dia tahu, dia hanya bisa menggertak.
Jadi, setelah dituliskan lengkap, konflik di atas menceritakan tentang:
Seorang bendahara yang kebingungan menagih utang uang kas, pada seorang teman yang telah menunggak berbulan-bulan. Ia pun sebetulnya tidak berani mendesak terus, karena ibu teman itu wali kelasnya. Sementara di satu sisi, dia telah diminta menyetorkan uang iuran kelasnya untuk kegiatan tujuh belasan. Ia kehabisan uang untuk menalanginya.