Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Restoran Lidah

11 April 2021   22:35 Diperbarui: 11 April 2021   23:06 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tenang. Kalau seperti itu, kami tidak akan jual. Sebelum dimasak, lidah-lidah ini sudah kami beri mantra-mantra, Pak. Setiap orang yang memakannya, memang punya keahlian seperti pemilik lidah. Tetapi, hanya untuk kebaikan."

"Untuk lidah penipu, ia akan mudah berpikir cerdik, mengatur siasat, dan merangkai alibi sedemikian rupa, untuk menjebak para penipu. Untuk lidah pembunuh, dia akan punya kemampuan berbicara mematahkan setiap perkataan para pembunuh yang mengeluarkan teror di mana-mana. Sementara lidah perayu, akan mudah merayu orang-orang untuk berbuat kebaikan dan menghindari kejahatan."

"Jadi, mereka yang makan lidah itu, menjadi semacam orang pemburu kejahatan dan penebar kebaikan, begitu?"

"Iya, begitu, Pak. Mereka akan membantu kami menjalankan misi ini. Kerinduan kami, hanya kebaikan yang ada di kota ini."

Misi? Apa maksudnya misi? Bukankah mereka hanya pegawai restoran? Ah, masa bodoh. Saya sudah begitu takjub dengan khasiat lidah-lidah itu. Ada makanan begitu ajaib di sini. Saya jadi tidak sabar memakan lidah-lidah itu. 

"Yang ini dimasak tongseng, Pak. Ini digoreng. Sementara ini, ditumis pedas saja."

"Baik-baik, Pak. Segera kami siapkan. Bapak silakan duduk sebentar."

Kami berdua duduk di kursi, menghadap sebuah meja panjang bertaplak merah. Lelaki tua itu membawa sepotong lidah penipu, sepotong lidah pembunuh, dan sepotong lidah perayu.

Ia pergi ke belakang restoran. Ia melewati sebuah pintu yang tertutup sehelai kain gorden hitam. Lewat jendela kaca, saya bisa melihat dapurnya. Dia begitu lihai memasak ketiga masakan itu.

Tidak berapa lama, dengan membawa piring dan mangkuk yang telah tersaji beberapa masakan, dia menghampiri kami.

"Silakan dinikmati, Pak," ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun