Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Restoran Lidah

11 April 2021   22:35 Diperbarui: 11 April 2021   23:06 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa itu lidah?" tanya saya pada sahabat saya itu.

Beberapa daging tebal tak bertulang dengan pori-pori terbuka di permukaannya, berbentuk setengah lingkaran agak memanjang tergeletak begitu saja di atas meja. Pada bagian ujungnya, ada urat-urat kecil kemerah-merahan yang terserak. 

Ada seseorang menaburkan semacam bubuk seperti garam ke atas daging-daging itu. Lalu, daging-daging itu bergerak-gerak. Beberapa pembeli tersenyum. Daging-daging itu seolah-olah segar karena bergerak-gerak.

"Iya, betul. Kamu tahu dari mana itu lidah?"

"Ya tahulah, kan saya punya."

Dia tertawa. Seorang lelaki tua dengan topi hitam di kepala mendekati kami. Wajahnya kusam sekali, sangat tidak bersemangat. Tidak ada senyuman.

"Bapak mau makan yang mana?"

"Itu lidah apa, Pak?" kata saya.

"Yang ini?"

"Ya, benar. Yang itu, Pak."

Lelaki tua itu memegang lidah itu. Lidah itu berwarna cokelat tua. Ada belahan tengah di ujung lidah, seperti lidah ular. Pada permukaannya, ada pola pori-pori berkelok-kelok, yang begitu menonjol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun