Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Orang Paling Cantik Sedunia

6 April 2021   17:32 Diperbarui: 6 April 2021   18:14 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen sebelumnya: Orang Paling Ganteng Sedunia

Meskipun hanya dalam mimpi, peristiwa itu begitu terasa nyata. Pernahkah kamu merasa demikian? Itu bisa menghabiskan semua memori kepalamu, terus mengingat dan mengganggu konsentrasimu, bahkan kamu berharap mimpi itu kembali terulang.

Hari demi hari, hidupmu menjadi kosong, penuh pertanyaan dan kekesalan, mengapa tidak bisa meneruskan mimpi itu. Mengapa dunia nyata tidak bisa seindah mimpi? Mengapa Yang Kuasa bisa begitu baik menghadirkan mimpi indah?

Apakah itu sebagai obat atas kepedihan dan kesedihan dunia? Apakah itu hanya caraNya membuat manusia tetap bertahan dan terus berharap meskipun hampir mustahil kenyataannya? Apakah itu hanyalah keinginan yang tidak bisa tercapai dan saraf-saraf di otak merangkainya seolah-olah kita telah mencapainya dalam bunga tidur, sehingga hati menjadi terhibur?

Setelah saya terbangun, saya masih mengingat jelas gerak-gerik, ucapan, dan sikapnya pada saya. Semua itu tidak saya sangka. Selama ini dia menyadari kehadiran saya.

Dia turun dari atas panggung. Dia bergerak beberapa langkah. Lantas, duduk di kursi terdepan, bersama kepala sekolah, para guru, dan ibunya yang sengaja hadir untuk menerima penghargaan atas kemenangannya sebagai siswa terganteng antarkota sekaligus berprestasi terbaik di sekolah kami.

Saya lihat ibunya tidak berhenti meneteskan air mata. Kebanggaan demi kebanggaan pasti dia rasakan. Anaknya tumbuh menjadi pribadi yang ganteng, baik paras, prestasi, maupun budi pekerti. Sebuah keinginan yang dimimpikan banyak sekali orangtua, dan banyak pula yang pudar di tengah jalan.

Dia bagaikan emas di kubangan lumpur. Walaupun sebagian teman di sekitarnya nakal, suka mengejek dan memakai nama guru sebagai bahan tertawaan, dia hanya diam. Walaupun sebagian lagi suka datang terlambat tanpa alasan jelas, bahkan ada yang bolos tanpa keterangan, dia tetap tepat waktu dan selalu masuk ke sekolah.

Saya akui, tidak ada di sekolah ini yang seperti dia. Lelaki yang mengagumkan. Lelaki yang menggetarkan.

Dia beranjak dari kursi. Tanpa saya sadar, dia datang mendekati saya di belakang panggung ini. "Terima kasih ya," ujarnya.

Saya tidak menjawab. Ada apa gerangan orang terganteng ini ke sini? Bagaimana dia bisa mengenal saya? Saya amati matanya. Saya pandang bahunya. Semua begitu ganteng. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun