Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Orang Paling Cantik Sedunia

6 April 2021   17:32 Diperbarui: 6 April 2021   18:14 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya juga tahu, kamu mengajak teman-temanmu datang menjadi supporter saya saat lomba. Saya tahu, kamu repot-repot pergi ke pasar, membeli busana dan pernak-pernik perhiasannya, hanya demi mendukung saya. Apalagi, kamu membayari ongkos transportasi mereka."

Bagaimana bisa dia tahu semua perbuatan saya? Apakah ada yang membocorkan? Apakah Ibu Sin, guru pendampingnya itu yang bercerita? Atau memang dia asal kira? Ah, tidak mungkin manusia bisa menebak seakurat itu.

"Saya juga lihat kamu melipat tangan di kursi penonton. Lalu, kamu memejamkan mata, berbicara entah apa, tetapi tanpa saya dengar jelas, itu terasa begitu menguatkan mental saya."

Dia memegang pundak saya. Saya terkejut. Matanya menatap lekat mata saya, seperti akan ada hal penting yang ingin dia ucapkan.

"Ternyata... kamu cantik juga ya, Lin," dia berkata pelan.

Cantik? Apa dia tidak salah? Muka saya begitu standar di antara para siswi. Jerawat pun banyak di pipi. Rambut sering lupa saya sisir. Bagaimana bisa dia bilang saya cantik?

"Matamu cantik," katanya lagi.

Senja perlahan datang. Guratan garis merah kekuning-kuningan yang begitu indah menghiasi langit yang sudah teduh sedari siang. Angin terus berembus, semakin sejuk dan menenangkan. Mengapa hati saya malah bertambah gelisah? Dada berdegup kian kencang. Saya tidak mampu berbicara apa-apa. Di depan orang terganteng ini. Sesekolah, antarsekolah, antarkota.

Betapa beruntung saya, bisa berasa di dekatnya. Ujung sepatu kami saling bersentuhan. Saya tersenyum. Dia pun tersenyum.

"Terima kasih ya Lin. Kamu sudah setia mendukung saya. Kamu terus berdoa bagi saya. Kamu betul-betul cantik, Lin. Tidak ada lagi gadis di dunia ini yang lebih cantik dari dirimu."  

Dia mengecup pipi saya. Saya tersipu malu.

...

Jakarta

6 April 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun