Sekali lagi, apakah ini rezeki anak baik? Mengapa dia begitu beruntung, seolah-olah dewi fortuna selalu lengket dan dia tidak mengalami masalah yang begitu berarti pada setiap lomba? Termasuk pula lomba tingkat ini.
Dia keluar sebagai pemenang. Siswa terganteng antarkota. Saya menangkap ekspresi wajah yang begitu gembira ketika peringkat itu diumumkan dan piagam beserta sejumlah uang pendidikan itu diserahkan juri padanya.
Pasti, dia akan memberikan uang itu pada orangtuanya. Pasti, dia akan menyerahkan piagam itu untuk sekolahnya. Dan pasti pula, dia akan digilai oleh semakin banyak siswi di sekolah kami.
Sudah ganteng, pintar, budi pekertinya baik lagi. Bukankah itu ganteng optimal?
Meskipun saya sudah tahu, semua kisah perlombaan itu diceritakannya kepada kami, ketika acara perpisahan sekolah. Memang sudah kewajiban, setiap siswa terganteng di sekolah kami memberikan wejangan dan tip bagi juniornya, agar ada penerus pemenang lomba kegantengan, sampai tingkatan tertinggi.
Oh iya, kamu mau tahu bagaimana parasnya yang ganteng itu? Bentuk hidungnya? Sorot matanya? Warna kulitnya? Setelan rambutnya? Manis senyumnya? Maaf ya, saya tidak akan memberitahumu. Saya takut, nanti kamu terpesona dengannya. Saya takut pula, dia jatuh cinta padamu.
Dari semua lelaki yang pernah saya jumpai, jujur, dia orang terganteng yang pernah ada. Ganteng parasnya, ganteng otaknya, ganteng pula budi pekertinya. Semakin ke sini, saya tidak mau kehilangannya. Saya pun tidak mau berbagi denganmu. Di mana lagi saya temukan orang seganteng dia, terlalu ganteng bahkan, mungkin sedunia, selain dalam mimpi?
...
Jakarta
6 April 2021
Sang Babu Rakyat