Saat bermain dan menginap di rumah salah satu temannya yang cukup berada, ketika temannya itu tertidur pulas, ia akan mematikan lampu kamar. Diambilnya telepon selulernya. Ia lalu duduk bersandar pada kasur, sambil memandang sebuah video yang begitu menarik bagi adiknya.
Bermodal koneksi internet gratisan, ia akan menonton video itu dengan begitu tenang. Meskipun darahnya terus berdesir, keringatnya bercucuran, napasnya tersengal-sengal--padahal ia hanya diam-- ia akan berusaha tetap tenang, agar temannya tidak bangun. Ia fokus bagaimana adiknya bangun tetapi tidak menimbulkan suara.
Berbagai wanita cantik ia pandang satu demi satu. Mengapa wanita itu bisa cantik sekali? Mengapa badan mereka bisa begitu indah? Mengapa dada mereka bisa begitu besar?
Mulutnya ternganga. Ia menurunkan ritsletingnya, seperti sesak dan ada sesuatu yang meronta-ronta untuk keluar. Ya, siapa lagi bila tidak adiknya. Bila dia tidak kuat, kakinya akan segera melangkah ke toilet, dan calon-calon orang berguna akan keluar begitu saja. Ia sekilas lupa dengan beban hidupnya.
Akhir-akhir ini, ia lebih rajin melakukan hal itu. Bukan tanpa sebab. Ia teringat pada perkataan bapaknya. Bila ia sanggup membuat anak perempuan rentenir itu bahagia--sudah dua kali perempuan itu bercerai, karena tidak puas dengan layanan seksual mantan-mantan suaminya, maka seluruh utang keluarga akan dihapuskan.Â
Ia belajar berbagai teknik bercinta. Ia belajar cara menggoda dan merangsang wanita. Ia juga belajar bagaimana cara bertahan, agar adiknya tidak cepat kalah.
Terlebih dari itu semua, ada satu hal yang lebih penting, yang membuatnya terus melihat video itu, meskipun ia tahu itu salah dan tidak baik bila terus-terusan. Ia berusaha merekam baik dalam ingatan wajah satu demi satu wanita cantik yang bermain cinta dalam video itu.Â
Seorang wanita bule bernama Angel--tentu hanya nama samaran, wanita Jepang, wanita Rusia, semua wanita yang berparas cantik, ia terus melihatnya. Ia berharap wajah mereka muncul dalam imajinasinya.
Betapa tidak? Bagaimana bisa ia membahagiakan anak perempuan rentenir itu di ranjang, bila wajah perempuan itu saja sama sekali tidak menggairahkan?Â
Hidungnya mancung ke dalam. Banyak jerawat di wajahnya. Beberapa bernanah dengan cairan kuning yang mengering lalu membekas. Ada dua buah tompel besar di kanan dan kiri pipinya. Rambutnya kusut. Giginya kuning-kuning. Bila ia bicara, bau tidak sedap keluar dari mulutnya.
Bagaimana adiknya bisa bangun dan bergairah dengan wajah seperti itu? Ia tidak ingin kecewa dengan malam pertamanya. Ia tidak ingin membuat wanita itu pun kecewa. Apalagi keluarganya, ia begitu ingin menyenangkan mereka.