Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pelajaran Malam Pertama

31 Maret 2021   23:50 Diperbarui: 1 April 2021   00:41 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat bermain dan menginap di rumah salah satu temannya yang cukup berada, ketika temannya itu tertidur pulas, ia akan mematikan lampu kamar. Diambilnya telepon selulernya. Ia lalu duduk bersandar pada kasur, sambil memandang sebuah video yang begitu menarik bagi adiknya.

Bermodal koneksi internet gratisan, ia akan menonton video itu dengan begitu tenang. Meskipun darahnya terus berdesir, keringatnya bercucuran, napasnya tersengal-sengal--padahal ia hanya diam-- ia akan berusaha tetap tenang, agar temannya tidak bangun. Ia fokus bagaimana adiknya bangun tetapi tidak menimbulkan suara.

Berbagai wanita cantik ia pandang satu demi satu. Mengapa wanita itu bisa cantik sekali? Mengapa badan mereka bisa begitu indah? Mengapa dada mereka bisa begitu besar?

Mulutnya ternganga. Ia menurunkan ritsletingnya, seperti sesak dan ada sesuatu yang meronta-ronta untuk keluar. Ya, siapa lagi bila tidak adiknya. Bila dia tidak kuat, kakinya akan segera melangkah ke toilet, dan calon-calon orang berguna akan keluar begitu saja. Ia sekilas lupa dengan beban hidupnya.

Akhir-akhir ini, ia lebih rajin melakukan hal itu. Bukan tanpa sebab. Ia teringat pada perkataan bapaknya. Bila ia sanggup membuat anak perempuan rentenir itu bahagia--sudah dua kali perempuan itu bercerai, karena tidak puas dengan layanan seksual mantan-mantan suaminya, maka seluruh utang keluarga akan dihapuskan. 

Ia belajar berbagai teknik bercinta. Ia belajar cara menggoda dan merangsang wanita. Ia juga belajar bagaimana cara bertahan, agar adiknya tidak cepat kalah.

Terlebih dari itu semua, ada satu hal yang lebih penting, yang membuatnya terus melihat video itu, meskipun ia tahu itu salah dan tidak baik bila terus-terusan. Ia berusaha merekam baik dalam ingatan wajah satu demi satu wanita cantik yang bermain cinta dalam video itu. 

Seorang wanita bule bernama Angel--tentu hanya nama samaran, wanita Jepang, wanita Rusia, semua wanita yang berparas cantik, ia terus melihatnya. Ia berharap wajah mereka muncul dalam imajinasinya.

Betapa tidak? Bagaimana bisa ia membahagiakan anak perempuan rentenir itu di ranjang, bila wajah perempuan itu saja sama sekali tidak menggairahkan? 

Hidungnya mancung ke dalam. Banyak jerawat di wajahnya. Beberapa bernanah dengan cairan kuning yang mengering lalu membekas. Ada dua buah tompel besar di kanan dan kiri pipinya. Rambutnya kusut. Giginya kuning-kuning. Bila ia bicara, bau tidak sedap keluar dari mulutnya.

Bagaimana adiknya bisa bangun dan bergairah dengan wajah seperti itu? Ia tidak ingin kecewa dengan malam pertamanya. Ia tidak ingin membuat wanita itu pun kecewa. Apalagi keluarganya, ia begitu ingin menyenangkan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun