Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Dunia yang Selalu Bahagia

31 Maret 2021   01:38 Diperbarui: 1 April 2021   04:49 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tersenyum.| Sumber: pexels.com/Kat Jayne via Tribunnews

Dia tidak menyangka, masih ada keadilan dihidupnya. Masih ada kebahagiaan yang bisa diraihnya. Obat itu memang bekerja dengan sempurna. Dia terus bahagia, bahagia, dan bahagia, sampai tanpa disadarinya, dia tidak berhenti tertawa di depan orang-orang dalam mimpinya.

Satu demi satu dari mereka mulai melihatnya sedikit gila. Mereka tidak berani mengingatkannya, karena ia memang paling hebat di sana. Sebagai orang terkaya, apakah yang tidak bisa dikendalikan dengan uang yang begitu banyak? Kebahagiaan mana yang tidak bisa diciptakan uang? Kekuasaan apalagi.

Senyumnya itu terbawa ke dunia nyata. Anak gadisnya yang melihat ibunya rebah, begitu senang. Sudah lama dia tidak melihat ibunya tertawa. Sudah lama ia merindukan senyum itu, dan itu akhirnya benar-benar dilihatnya. Sudah lama pula dia tidak melihat wajah ibunya ceria dan begitu cerah.

Perempuan itu berpesan, tiga hari setelahnya, ia harus meminumkan obat putih itu. Tetapi, ia tidak tega merenggut kebahagiaan ibunya. Mengapa ibunya harus kembali ke dunia nyata yang begitu menyedihkan ini? Akhirnya, ia melupakan perintah ibunya.

Hari demi hari, hidupnya ia lalui dengan tersenyum, melihat ibunya rebah dan terus tersenyum, dalam dunia yang selalu bahagia, entah ada di mana.

...

Jakarta

31 Maret 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun