Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Apakah Cerpen Sekadar Curhat?

8 Maret 2021   20:27 Diperbarui: 8 Maret 2021   21:04 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai sekarang budaya itu masih ada dan menjadi kekayaan yang patut dilestarikan. Mereka melakukannya lewat cerpen. Cerita lengkapnya bagaimana? Baca sendiri. Tetapi, kalau sudah terbit di Kompas, kualitasnya tidak perlu dipertanyakan.

Membahas Mitos

"Kau tahu anak muda, tempat ini merasa terancam dengan keberadaan..." tetua menghentikan langkahnya dan mengambil sesuatu dalam butah. "Roh Meratus meniupkan wisa ke tubuh kalian, sayang kawan-kawanmu yang lain terlambat," sambungnya kemudian melemparkan gulungan kertas yang diambil dari butah. Sigap kutangkap gulungan itu."

Petikan kalimat di atas ada pada cerpen berjudul "Roh Meratus" karya Zaidinoor, terbit di Kompas, 14 Agustus 2016. Singkat cerita, dia menuliskan kepercayaan seperti ada kutukan pada permukiman warga di lereng pegunungan Meratus.

"Roh" itu murka dan mengambil nyawa manusia, dengan meniupkan hawa beracun (wisa). Mitos ini berkembang di pedalaman belantara Kalimantan, dhi. pegunungan Meratus. Ada yang menganggap penyakit kuning, ada yang menganggap malaria. Kita tidak bisa tutup mata, kisah ini pernah ada. Boleh percaya boleh tidak.

Merekam Sejarah

Sudah setahun Maria menunggu Antonio, tapi sampai hari ini ia belum pulang juga. Sudah setahun Maria membiarkan pintu pagar, pintu rumah, dan jendela-jendela terbuka agak lebih lama setiap senja, karena barangkali saja akan kelihatan olehnya Antonio berjalan pulang dari kejauhan, dan berlari-lari memeluknya, tapi tiada seorang pun tampak di pintu pagar itu yang berlari-lari memeluknya sambil berseru, "Mama!"

Petikan kalimat di atas ada pada cerpen berjudul "Maria" karya Seno Gumira Ajidarma, terbit di Kompas, 1 November 1992. Saya banyak mendengar cerpen tentang kekejaman, dari buku kumpulan cerpen "Saksi Mata", di antaranya "Salvador", "Rosario", "Pelajaran Sejarah", dan lainnya.

Berdasarkan penelitian yang saya baca (sumber), cerpen-cerpen itu dituliskan untuk mengenang peristiwa perlawanan atas kekejaman di Timor Timur. Memang menyedihkan, mengerikan, betapa kejam, dan pernah berlangsung. Tetapi, itu tetap bagian dari sejarah, yang layak diabadikan dalam cerpen sebagai sebuah pelajaran.

Sarana Penjaga Moral

...Mulanya aku berpikir bagus begitu. Namun aku sadar, itu bertentangan dengan hukum di bumi,-jawab Anis, yang tiba-tiba ikut terperangah oleh kisah khayalnya sendiri...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun