Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Anak Perempuan dalam Tangisan

7 Maret 2021   12:02 Diperbarui: 7 Maret 2021   21:53 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:pixabay.com/luisfrps

Sudah banyak hal telah dilupakan Sulastri tentang kampungnya, tetapi ada satu hal yang terus mengganggu pikirannya, meskipun Sulastri berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengingatnya. 

Hal itu selalu menyiksanya, menyebabkan setrikaan tidak rapi terselesaikan, pakaian dan celana tidak bersih dicucinya, bahkan sampai membuat ia tidak bisa tidur dengan tenang. Sudah lima hari ini Sulastri tidak tidur nyenyak. Hari kelima ia terjaga semalaman.

“Jadi pulang?” tanya suaminya lima jam sebelum kereta api Jayabaya jurusan Jakarta Semarang berangkat. Ia ingin memastikan Sulastri tidak ragu dalam mengambil keputusan. Ragu-ragu hanyalah mendatangkan masalah.

“Uhuk..uhukk…”

Terdengar suara batuk-batuk.

“Jadi, Mas,” jawab Sulastri lirih.

Suaminya memegang kepala Aliska yang tergeletak di pangkuan kakinya. Ia membelainya dengan lembut.

“Sendirian?”

“Sama Aksila, Mas.”

Aksila dan Aliska adalah kakak beradik. Aksila lahir lebih dulu di Semarang, sementara Aliska lahir satu tahun kemudian di Jakarta. Masing-masing mengenyam pendidikan di bangku kelas dua SD dan satu SD.

Aliska memejamkan mata. Ia pergi ke dunia entah ke mana, setelah diantar oleh elusan hangat ayahnya. Setelah suami Sulastri membaringkan Aliska tidur di samping Aksila di atas kasur, ia kembali bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun