Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Larik-larik untuk Diriku

6 Maret 2021   20:10 Diperbarui: 6 Maret 2021   20:13 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Betapa aku berterima kasih pada mataku, telah memperlihatkan berbagai keindahan dunia, dalam sisi-sisi yang mulai tertumpuk oleh kegelapan.

Betapa aku berterima kasih pada otakku, sudah berupaya berpikir, merekam setiap kejadian dan menggubahnya pada kata demi kata, kalimat demi kalimat.

Betapa aku berterima kasih pada rohku, bersedia hinggap menghidupi tulisan, membuat dunia yang tak kasatmata dan tak terbantahkan pernah ada.

Betapa aku berterima kasih,

Betapa..

Oh betapa...

Aku tidak menyesal melihat detik mengikuti menit, menit mengejar jam, jam membuntuti hari, hari memburu bulan, bulan berubah tahun, dan aku menua.

Bahkan bila aku telah hilang tanpa nyawa, aku tahu aku akan tetap tersenyum.

Melalui tulisan, aku tinggalkan kenangan-kenangan dunia, di mana aku telah berusaha berguna sebaik-baiknya.

...

Jakarta

6 Maret 2021

Sang Babu Rakyat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun