Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kampung Kumpang

28 Februari 2021   02:33 Diperbarui: 28 Februari 2021   03:21 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: lintangnews.com

Berganti tahun pasti ada saja warga pergi ke kota dan tidak kembali untuk mencoba peruntungan memperbaiki nasib. Ada pula warga kota datang ke kampung ini untuk menikmati indahnya pantai Kumpang. Beberapa sering menetap tinggal dengan menikahi gadis-gadis kampung, serta menambah padat kampung melalui anak-anak mereka yang jarang sedikit itu.

Saya sebetulnya tidak mau berpikir jelek, tetapi keadaannya terlalu ganjil. Bagaimana ceritanya baru kemarin diangkat pegawai tetap, Sulepret sudah punya motor. Padahal sebelumnya sepeda butut. Pasti gara-gara warga.

"Nama?"

"Yu Maido, Pak."

"Umur?"

"45 tahun, Pak."

"Anak?"

Wanita paruh baya itu mengambil napas. Lalu, mengembuskan kencang-kencang sambil berteriak.

"Saya tidak punya anak, Pak!"

Seusai berucap, wanita itu menangis.

"Apa tidak salah, Bu. Di data sebelumnya, status ibu janda beranak dua. Anak ibu pergi ke kota tidak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun