Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kesalahan-kesalahan Fatal Saya Ketika Belajar Cerpen

26 Desember 2020   13:32 Diperbarui: 26 Desember 2020   13:44 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Shutterstock

Biasanya, orang akan menulis kisah-kisah hebat untuk menginspirasi para pembaca. Kali ini berbeda. Jangan Anda harap menemukannya di artikel ini. Saya hendak berbagi kesalahan-kesalahan fatal saya ketika belajar cerpen.

Menginspirasi? Tentu tidak. Bermanfaat? Sangat iya, bila dihindari.

Saya tergolong anak kemarin sore di kanal cerpen Kompasiana. Belum banyak cerpen saya tuliskan. Cerpen pertama berjudul "Malu" tayang Senin, 7 September 2020. Terbaru, "Tiga Rahasia di Suatu Malam Menjelang Pernikahan", tayang kemarin. Hampir empat bulan saya menekuni dunia cerpen.

Tentu, menurut saya, cerpen terbaru dibanding pertama, ada kemajuan signifikan. Bisa Anda baca dan perbandingkan. Tanpa saya belajar, mustahil ada perbaikan.

Kurang lebih empat bulan tersebut, saya banyak membaca cerpen para Kompasianer dan Cerpenis Senior di buku kumpulan cerpen pilihan Kompas. Sebut saja, Seno Gumira Ajidarma (SGA), Yanusa Nugroho, A.A. Navis, saya akrab dengan karya mereka. Bahkan, cerpen karya penyair, M. Aan Mansyur, saya santap juga.

Selama membaca itulah, saya berhasil memetakan lima kesalahan fatal saya yang menjadi kendala dan sangat mengganggu dalam belajar. Kelima penyebab ini membuat saya gagal menikmati dahsyatnya imajinasi, saratnya pesan moral, apiknya gaya penulisan, dari sebuah karya.

Hancurkan benteng pemikiran

Sejak kecil, saya sudah diajarkan dalam-dalam ilmu agama. Teori berbuat kebaikan, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, mengalah demi kebajikan, orang jahat akan mendapat balasan, dan lain sebagainya.

Untuk belajar cerpen, ternyata saya sebaiknya merobohkan dulu benteng itu. Tidak semua cerpen mengandung pesan moral. Ada juga yang lucu dan menghibur, nakal dan genit, dan melawan ajaran (semisal orang jahat tetap jaya). Bila benteng itu tidak roboh, saya tentu gagal total menikmati imajinasi cerpenisnya.

Logika tidak bermain

Karena cerpen adalah karya pikir cerpenis berdasarkan kenyataan dan imajinasi, yang mana imajinasi kebanyakan tidak masuk akal, maka perlu saya robohkan logika saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun