Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Anak Lelaki yang Kerap Berbicara Sendiri

8 Desember 2020   01:09 Diperbarui: 8 Desember 2020   02:56 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:galamedia.pikiran-rakyat.com

*Prannnnk*

Suara piring pecah di lantai ruang tengah rumah megah itu terdengar lantang. Menghamburkan kesunyian yang dihadirkan malam. Membuat mata tak urung terpejam.

Bila suara itu mulai merambat melalui udara menuju ke semua telinga penghuni rumah itu, pertanda peperangan para raja digelar. Budak-budak bersembunyi di kamar pengasingan. Hewan-hewan peliharaan berlarian menuju kandang.

Suami istri yang tenar sebagai pengusaha dan nama mereka selalu baik di masyarakat, tampil telanjang malam itu. Berputar seratus delapan puluh derajat, mereka membuka topeng. Tutur kata sopan dan perilaku lemah lembut yang menginspirasi banyak orang, tidak mungkin terdengar dan tersaksikan di rumah itu. Keaslian mereka yang tak tertangkap kamera menyeruak ke seluruh penjuru ruangan.

Mereka berperang dan tiada henti berperang. "Gajah bertarung melawan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah" Tanpa senjata tajam atau senjata api, pedang suara sudah terasa sangat mematikan. Hampir memecahkan gendang telinga. Bibi, yang kamarnya terletak di tingkat tiga paling ujung dekat loteng, masih mendengar jelas peperangan di lantai satu itu.

Di rumah itu, kata-kata mesra dan belaian lembut sayang telah lama tersingkirkan. Selalu saja ada masalah yang diributkan. Entah curiga punya wanita lain lah, menghabiskan uang tanpa persetujuan lah, mengambil utang tanpa izin lah, atau bahkan sekadar masakan malam yang tak sesuai selera lidah. Kesalahan lalu-lalu pun tak selesai diungkit-ungkit.

Suami istri itu sama-sama pengusaha. Keduanya bisa cari uang, sehingga sang istri melihat kedudukannya setara dengan suami. Kalau dihitung-hitung tanpa menghitung penghasilan suami yang beberapa hilang entah ke mana, penghasilannya lebih tinggi dua kali lipat.

Merasa diri seperti direndahkan, sang suami juga tak mau kalah. Dia berusaha mencari kekurangan istri, ketika istrinya mulai ngomel panjang lebar mengapa dirinya terus-terusan pulang malam.

"Dasar, lelaki bangsat! Ngapain kau pulang malam lagi. Kau anggap aku ini apa? Gag usah pulang sekalian" Istri itu memulai peperangan. Tangannya berkacak pinggang. Dia, lima jam lebih dulu pulang ke rumah dibanding suami.

Dia pernah mengutus seorang mata-mata mengikuti suami. Ada beberapa tanda suami ditemukan selingkuh, tetapi dia ingin suaminya sendiri mengaku. Serasa memenangkan peperangan bila mendengar mulut suaminya berucap salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun