Awalnya pun, aku nyaman dengan kalian. Masih sempat kalian menyapaku setelah bangun tidur, bertanya bagaimana kelasku kemarin, bahkan mengantarku sampai ke sekolah.
Namun akhir-akhir ini, aku merasa hambar. Semakin banyak perusahaan yang kalian punya, yang katanya untuk masa depanku, semakin takada waktu kalian bersamaku.
Pagi ketemu siang, siang ketemu malam, malam kembali ketemu pagi. Yang kutemu hanya bawahan kalian. Kalian bilang, harus berangkat subuh dan pulang malam. Banyak kerjaan perlu diselesaikan. Tapi apa setiap hari?
Lembar Keempat
Makin ke sini, aku makin bosan bersama bawahan kalian. Dengan rumah gedung ini, mobil mewah ini, kolam renang luas ini, taman bunga cantik ini, dan lain-lain benda mati di sekitarku ini.
Kuputuskan melihat dunia luar. Di luar kekangan kalian. Aku melarikan diri. Â Tinggal di kosan yang kalian tidak pernah tahu, aku mencari penghiburan atas kekecewaanku.
Aku tahu kalian mencariku. Teman-temanku kalian hubungi, guru-guru sekolah kalian buntuti, tapi kalian jangan berharap bisa menemukanku. Aku malas bersekolah. Buat apa, menjadi patung penerus kalian.
Akhirnya, aku menikmati hidup di kegelapan malam. Tanpa gelimang harta, aku puas dengan kebebasan. Masa bodoh dengan status yang kalian sematkan padaku.
"Aku muak"
Lembar kelima
Aku kecewa. Belum hilang dari kalian, ada pula Dono, Budi, Dedi, dan lelaki biadab lain telah merenggut kesucianku berkali-kali. Mereka seperti binatang jalang. Otak mereka hanya selangkangan.