Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Nyamuk

26 November 2020   23:57 Diperbarui: 27 November 2020   00:32 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau kau bertanya padaku, binatang apa yang paling menjengkelkan akhir-akhir ini, kujawab nyamuk. Mungkin kau tahu jawabanku, tapi kau sekadar tahu, tanpa merasakan deritaku.

Ya, aku sangsi, ada nyamuk di rumahmu. Pembantumu pasti selalu sigap menyiapkan kamar terbaik, berbau harum, dan bebas nyamuk, demi kenyamanan tuannya. Kamu.

Sementara aku, beberapa malam ini terus bergulat dengannya. Ya, rumahku memang tidak seperti rumahmu. Hanya kontrakan kecil di pinggir kali, dengan berjuta-juta sampah dan bau menyengat di tepinya.

Aku heran, dari mana sampah itu berasal. Semakin jarangkah orang sekarang menjaga kebersihan? Atau, kebebasan mereka sudah kebablasan, sehingga merasa berhak membuang bungkus minuman, kemasan deterjen, bahkan kasur bekas ke kali itu?

Semua itu menyangkut di dekat gubukku ini. Setiap hari kuangkat satu per satu, setiap hari pula berdatangan lebih dari satu. Kendati seperti sia-sia, itu harus kubersihkan. Bila tidak, kamar sempitku ini akan ramai di tengah malam yang seharusnya sepi.

Dari sana muncul gerombolan binatang kecil dan menyebalkan, berdesing lalu lalang seperti kendaraan di siang hari. Mereka tak pernah kuundang, masuk begitu saja tanpa sopan.

Aku selalu terjaga begitu mereka datang. Dengan raket nyamuk dan obat nyamuk bakar, kujamu mereka melalui peperangan. Aku harus menang, bila tidak, anakku menangis kesakitan.

Mereka tahu, makhluk paling lemah di kamarku, gampang diserang dan tanpa pertahanan adalah anakku. Seorang bayi berumur tiga bulan, Boy namanya. Dia merengek setiap gigi mereka bersarang di kulitnya.

"Plaaakkk"

Telapak tanganku menutup. Pertahanan ketiga. Aku senang melihat mereka mati berdarah-darah di sela-sela garis tanganku. Setidaknya berkurang satu, walaupun masih ada seribu.

Aku pun tak pernah bermimpi indah selagi mereka berkeliaran di kamarku. Pernah aku terbangun ketika bermimpi bergelimang harta dan punya istri banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun