Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Aku Menulis Kitab Perkabungan

22 November 2020   21:11 Diperbarui: 22 November 2020   22:24 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayat 3

"Halo..halo...haloo" Teleponnya tak diangkat. Berkali-kali lelaki tua itu menelepon, berkali-kali pula anaknya tak merespon. Mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Lelaki itu sudah lama ditinggal istrinya. Di rumah di kampung, lelaki itu menghidupi masa tua bersama harta yang telah dikumpulkannya. Tapi, takada satupun anak menemani.

Suatu ketika lelaki itu jatuh sakit. Lelaki itu memohon pertolongan, anaknya tetap takada tanggapan. Akhirnya, lelaki itu mati bersama kesepian.

Ayat 4

"Praaannkk" Terdengar bunyi tabrakan di tengah jalan. Sebuah motor terpelanting dan terseret ke tepi jalan. Sementara pengemudinya, pemuda sedikit usia, lemas tak berdaya di atas aspal.

Pemuda itu anak berandalan. Jalanan adalah rumahnya, orangtua adalah musuhnya. "Bagaimana tidak?" Takada kenyamanan di rumahnya yang penuh pertengkaran. 

Bersama teman-temannya di jalan, pemuda itu menemukan pelarian kasih sayang. Hidup ugal-ugalan, tanpa peraturan. Demikianlah, akhir hidupnya sungguh mengenaskan.

Ayat 5

"Demi Tuhan, aku tetap berjuang. Sampai titik darah penghabisan, aku rela mati untuk-Nya" Seorang lelaki bersumpah dari bibir keriputnya itu. Semasa hidup, lelaki itu menghabiskan banyak waktu menjalankan kesukaan Tuhannya.

Lelaki itu telah menemukan cinta abadi. Tak lekang waktu, ruang, dan zaman. Tak tergantikan kebahagiaan di hatinya. Belum pernah diperolehnya dari manusia di dekatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun