Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Libur Panjang, Sepuluh Cerpen Terpajang

1 November 2020   05:43 Diperbarui: 1 November 2020   12:10 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:klikwarta.com

Tulisan ini hanya catatan pendek sebuah pencapaian dan cerita tentang libur panjangku di akhir Oktober ini.

Ini hari terakhir libur panjang. Sudah ngapain aja, Anda? Sekali lagi pertanyaannya bukan "ke mana" ya, karena tidak semua memilih jalan-jalan.

Aku, di samping nasihat ibu (yailah, manut banget yak), memutuskan tidak ke mana-mana. Tidak keluar Jakarta. Hanya berwisata ke Museum dan Pasar Ikan di Jakarta.

Selebihnya, waktu kugunakan untuk mendalami ilmu ke-cerpen-anku. Iya, beberapa hari ini aku tertarik dengan karya sastra cerpen. Sejak Rabu hingga Minggu, syukur kepada Tuhan, telah terbit sepuluh cerpen. Bila dihitung kecepatan waktu (V=S/t), maka tercatat dua cerpen per hari.

  1. Cerpen: Akhirnya Cerpenku Selesai, terbit Rabu, 28 Oktober 2020, 10.56,
  2. Cerpen: Catatan Seorang Narapidana Tentang Surga, terbit Rabu, 28 Oktober 2020, 18.32,
  3. Cerpen: Liku-liku Berdagang Ikan, terbit Kamis, 29 Oktober 2020, 09.44,
  4. Cerpen: Cerita Si Buta di Dalam Air, terbit Kamis, 29 Oktober 2020, 14.11,
  5. Cerpen: Kursi Goyang yang Tak Lagi Bergoyang, terbit Jumat, 30 Oktober 2020, 10.54,
  6. Cerpen: Pelaminan yang Kurindukan, Kandas Tinggal Impian, terbit Jumat, 30 Oktober 2020, 13.00,
  7. Cerpen: Surat untuk Anakku yang Hilang, terbit Sabtu, 31 Oktober 2020, 00.02,
  8. Cerpen: Nazar Bujang Lapuk dan Buah Bibir Tetangga, terbit Sabtu, 31 Oktober 2020, 08.27,
  9. Cerpen: Liburan yang (Tetap) Menyenangkan, terbit Sabtu, 31 Oktober 2020, 18.34, dan
  10. Cerpen: Hanya Tentang Alto, terbit Sabtu, 31 Oktober, 22.26.

Dari kesepuluhnya, sebagian besar imajinasi, sisanya pengalaman dan curhatan emosi. Sembilan diberi kehormatan admin menyabet label pilihan, satu tidak. Setelah kulihat jumlah pembaca, lumayan, ada yang tertarik untuk cerpen abal-abalku ini.

Khusus kanal cerpen, aku lihat beberapa Kompasianer aktif mengisi. Mulai dari senior hingga junior (termasuk aku), ada. Tanpa mengurangi rasa hormat karena tidak bisa mendata lengkap, kusebutkan beberapa.

Ada Bu Desy Pangapuli, Pak Ridwan (Dua Sisi), Pak Selamat Martua, Pak YR Passandre, Pak Gurujiwa, Bu Zuni Iskandar, Pak Zaldy Chan, Pak Indra Rahadian, Bu Lilik Fatimah Azzahra, Bu Kinanthi, dan masih banyak lagi. Aku banyak terinspirasi setelah membaca cerpen mereka.

Terlambat mencintai sastra

Sebetulnya, aku terlambat mencintai sastra. Aku lebih suka hitung-hitungan daripada menulis. Sekarang berimbang, mencintai menulis dengan tidak meninggalkan berhitung.

Kecintaanku menulis terhitung sejak bergabung menjadi Kompasianer, 16 Mei 2020. Semakin ke sini, aku tertarik berkarya cerpen. Apalagi, setelah mendengar pembacaan cerpen dari Pearl S. Buck berjudul Ayah dan Ibu dan WS. Rendra berjudul Kenang-kenangan Seorang Wanita Pemalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun