Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Surat untuk Anakku yang Hilang

30 Oktober 2020   23:57 Diperbarui: 31 Oktober 2020   00:02 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepada:
Anakku yang Telah Lama Hilang

Nak, tiga puluh tahun lalu, ibu pernah meminta kepada Tuhan. Ibu masih ingat. Dalam doa di penghujung malam akhir bulan Oktober, kamu tiada henti ibu sebut. 

Seorang anak lelaki yang lama sekali didambakan kehadirannya, ibu mohon Tuhan memberikan.

Benar saja. Doa ibu dikabulkan. Berselang setahun, kamu hadir. Berkulit kemerah-merahan dan berpipi gemuk, ibu dengar jelas isak tangismu. Waktu itu, kamu gelisah selalu. Hanya susu ibu yang bisa menenangkanmu.

Waktu terus berjalan. Kamu tumbuh besar. Ibu dan bapak menganggap kamu adalah satu-satunya harta berharga. Lebih berharga dari semua pemberian-Nya, selama sepuluh tahun pernikahan kami. 

Iya, kamu berhasil menghangatkan kembali semangat kami dalam melanjutkan pelayaran bahtera rumah tangga.

Kamu baik sekali, Nak. Setiap ibu kesal, kamu selalu hadir menemani. Katamu dulu "Ibu jangan nangis, apa yang bisa Dedi lakukan untuk menghibur ibu?" Kendati kamu tak melakukan apa-apa, tetapi simpati dalam ucapanmu ibu rasakan hingga tak terhingga. 

Seketika, ada energi dan semangat baru yang ibu dapat seusai mendengarmu. Apalagi, melihat senyummu yang manis itu. Tidak pernah berubah sejak kamu masih digendong ibu.

Kini, kamu sudah tidak bersama ibu. Serasa ada yang hilang. Entah kamu lupa, atau dibuat lupa, ibu tidak tahu. Tidak pernah lagi kamu hadir menyapa ibu. Mungkin kamu sibuk ya? Atau, ibu sudah tidak tinggal di hatimu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun