Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pelaminan yang Kurindukan, Kandas Tinggal Impian

30 Oktober 2020   12:38 Diperbarui: 30 Oktober 2020   13:00 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: shutterstock

Entah sudah berapa kali aku menghadiri pernikahan. Tak terhitung banyaknya. Menyaksikan mereka duduk bersanding di pelaminan, bersama kekasih tercinta, menjadi pemandangan yang acap kurindukan. Segera terjadi dalam hidupku.

Setiap mengucapkan selamat kepada pengantin, aku selalu kesal dengan tanggapan balik mereka. "Kapan nyusul" Pertanyaan yang paling tidak bisa kujawab. Kendati aku telah bergelar magister, tak bisa kutemukan jawabannya.

Iya, sebagai wanita, aku di posisi menunggu. Tahun ini, aku menginjak seperempat abad. Umur yang cukup untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Telat malah, karena teman seumurku sudah pada menikah. Bahkah, ada yang memiliki anak berumur delapan tahun.

Nakhodaku sudah ada. Namanya Steven. Kami merajut cinta dua tahun lamanya. Tahun ini, rencananya, dia memberanikan diri meminangku.

***

"Berapa mahar yang Steven ajukan?" Tanya mama di perbincangan kami di ruang tengah. Saat itu, ada mama, aku, dan kedua adikku. Papa sudah lama tidak ada.

"Lima puluh juta, Ma" Aku menjawab.

"Hanya segitu?" Bahu mama naik. Tangannya bersedekap.

"Iya Ma, kemarin Steven bilangnya begitu"

"Kalau begitu, gag jadi. Kamu gag jadi kawin. Bilang sama Steven, kalian putus sekarang!" 

Seketika seperti ada petir di siang bolong. Kabar mengejutkan yang tidak pernah ingin kudengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun