Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Cerita Si Buta di Dalam Air

29 Oktober 2020   12:21 Diperbarui: 29 Oktober 2020   14:11 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:siharsitorus.com

"Halo!" Perkenalkan. Julukanku Buta. Aku yang menjuluki diriku sendiri. Baru-baru ini. Kamu mau dengar ceritaku? Kendati aku buta dan tak menarik?

Pertama-tama, aku berterima kasih kepada ayah. Dia rutin memberi kami makan. Iya, aku tinggal bersama teman-teman, dari berbagai ras, di kotak kecil ini. Kotak yang dibelikan ayah untukku.

Aku terlahir sebagai sosok yang berperut besar. Sangat besar, hampir enam per delapan tubuhku didominasi perut. Kamu jangan meniruku ya, hati-hati kamu kena penyakit. Kalau aku sih dari lahir memang sudah begini.

Tubuhku dibalut bintik-bintik timbul, berwarna putih. Bagi sebagian kamu, melihat bintikku seperti mutiara. Maka tidak heran, aku dijuluki mutiara sama kamu.

Iya, nama lengkapku, Mas Koki Mutiara. Di sini, aku berteman dengan Ranchu, Mata Gelembung, dan Oranda. Ada yang udah besar, ada yang masih kecil. Sepertinya ayah sengaja menempatkan mereka agar aku tidak kesepian.

Lima hari lalu, aku sedih. Kendati air mataku tidak bisa kamu lihat, aku terisak-isak sebetulnya. Aku kehilangan mataku. Pertama, mata sebelah kanan. 

Sumber:Dokpri
Sumber:Dokpri
Entah jatuh ke mana. Beberapa saat kemudian, mata sebelah kiri menyusul. Kini, aku benar-benar buta. Tidak bisa melihat. Dunia serasa gelap.

Sumber:Dokpri
Sumber:Dokpri
Kendati begitu, aku tetap merasakan ayah masih sayang samaku. Setiap pagi dan sore, masih dia memberiku makanan. Aku tidak bisa melihat makanan itu, tetapi aku bisa mencium baunya.

Dengan semangat yang kubangun, bahwa aku tidak boleh sedih lama-lama, aku harus mencari makanan agar bisa bertahan hidup. Kuendus bau makanan itu, kulahap cepat-cepat. Sebelum temanku menghabiskannya.

Hingga kini, sudah lima hari aku hidup. Aku sehat, aku semangat. Mungkin kamu tidak tertarik melihatku, tetapi aku terhibur karena ayah masih menyayangiku.

Jadi, buat kamu yang punya kekurangan, semangat ya! Aku aja bisa bertahan dan berjuang, masa kamu tidak?

...

Jakarta,

29 Oktober 2020

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun