Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Kata Siapa

20 Oktober 2020   19:42 Diperbarui: 20 Oktober 2020   19:52 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: florespost.co

Aku masih ingat bagian buku Melipat Jarak, karya Alm. Eyang Sapardi. Salah satu larik dalam sajaknya, Dongeng Marsinah, berbunyi.

"...ia suka berpikir kata siapa, itu sangat berbahaya..."

Marsinah suka berpikir dari kata siapa. Kurang lebih begitulah aku memaknainya. Orang yang tak dijelaskan siapa namanya, apa hubungannya pula dengan Marsinah. Di sajak itu.

Di hidup, aku berani berkata hampir mustahil kita tak mendengar kata orang. Hidup di tengah masyarakat, pasti terdengar beragam kata dengan beragam kebenaran. Hanya data dan fakta yang bisa membuktikan.

Bereaksi berlebihan atas kata orang tak dikenal, sepertinya tak seyogianya layak dilakukan. Mereka tak mengenal kita, kita pun tak kenal baik mereka. Bodohnya, bila kita termakan kata-katanya.

Jadi, kata-kata siapa yang kutulis di sajakku ini? Selain Eyang, aku tidak akan memberitahumu. Kalau kau pusing mencari tahu, tak usah kau pedulikan kata-kataku. Dengarkan dan percayakan saja hidupmu pada kata-kata orang terdekatmu. Kendati menyakitkan, mereka takakan menjerumuskan.

Apalagi, kata hatimu.

...

Jakarta

20 Oktober 2020

Sang Babu Rakyat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun